Kepada semua orang. Saya sekeluarga mengucapkan selamat Ied al-Adha...
Btw, setelah beberapa hari saya ditanya terus oleh saudara2 se Islam tentang fenomena Ied jatuh hari Jumaat. mereka bertanya kepada saya, apakah wajib solat jumat ketika ia sudah melakukan solat ied?
Maka saya sudah menjawab berkali2 ini adalah khilaf. menurut pendapat Syafi'i tetap wajib. ini dikarenakan ayat yang memerintahnya dan hadis yang menunjukkan wajibnya adalah bersifat umum. Ini juga merupakan pendapat Maliki dan Hanafi. Sedangkan menurut Hanbali, ketika sudah melakukan solat Ied, maka tidak wajib melakukan solat Jumat bagi makmum.
So terserahlah nak ikut yang mana. Hanya saja, sesuatu fenomena yang terjadi di Jawa sini, ada segolongan orang yang memperjuangkan habis2 bahwa tidak perlu solat Jumat sehingga tidak hentinya membahas masalah ini dan bahkan mencela orang yang TETAP MEWAJIBKANNYA. mereka berkata kami Syafi'iyyah dan yang mengikutinya tidak berpegangan pada hadis Abu Daud (شهدت معاوية يسأل زيد بن أرقم هل شهدت مع رسول الله عيدين اجتمعا في يوم واحد ؟ قال نعم قال فكيف صنع ؟ قال صلى العيد ثم رخص في الجمعة فقال من شاء أن يصلى فليصل او شاء من شاء أن يجمع فليجمع). dan ada lagi hadis riwayat Ibn Majah dari Abu Hurairah.
Karena didesak oleh murid-murid class saya dengan banyaknya sms serta email. maka, saya sekali lagi menegaskan ini adalah khilaf. Hanya saja apa alasan yang membuat 3 mazhab lain tidak memakai hadis ini? mungkin saja mereka tidak sampai menerima hadis ini. atau kalau sampai pun, mungkin mereka memilih utk berpegangan dengan jalan lain yang juga memiliki hujjah secara usuli. Mungkin juga mereka memahami hadis Ibn Majah dengan yang masih umum untuk menggugurkan Jumat. dan hadis Abu daud dianggap daif karena `Iyas bin Abi Ramlah al-Syami itu tidak diketahui (majhul). walaupun ada yang mensahihkannya, tapi dalam ilmu Jarh wa Ta'dil ini termasuk golongan Mutasahil. Yang paling saya kaget, adalah Nashiruddin al-Albani ternyata mensahihkan hadis ini. Kaget saya adalah, setahu saya, murid2 dan pengikut2 al-Albani selalu membela al-Albani dengan mengatakan bahwa al-Albani adalah orang yang sangat hati2 dalam hadis sehingga dia memang anti dengan Mutasahil dalam Jarh wa Ta'dil. ketika ada hadis yang rawinya ada yang majhul atau daif etc saja, al-Albani pasti mendaifkan hadis tersebut kerana dalam hadis harus hati2.
Tapi saya heran, mengapa al-Albani berani mensahihkan hadis yang satu nie? saya hanya mengungkapkan keheranan saya ini. Apakah beliau melakukan ini sekali lagi seperti yang ditegaskan Hasan Ali al-saqqaf bahwa beliau hanya bertujuan membela fahaman Wahabi atau yang sama dengannya? Atau mungkin menurut al-Albani memang rawi majhul tadi adalah masyuhur atau ma'ruf?? Heran Heran....
Nasihat saya kepada golongan yang terlalu Syadid ini; sebaiknya kamu-kamu nie peganglah pada kaidah fiqh yang masyhur "الخروج من الخلاف مستحب" yaitu keluar dari perkhilafan adalah sunnat. dengan pegang pada kaidah ini, maka mereka dari golongan Hanabilah atau yang sama dengannya akan berkata, disunatkan solat Jumat, karena keluar dari perkhilafan bagi orang yang mewajibkannya. ini sama seperti yang dilakukan dalam mazhab yang lain terutama Syafi'i. dalam kitab fath al-Muin misalnya, disunatkan membasuh seluruh kepala sebagai keluar dari khilaf orang yang mewajibkannya. ini dikarenakan mazhab Hanafi misalnya mewajibkan membasuh seluruh kepala. sedangkan mazhab Syafi'i hanya sebagian kepala.
Wassalamu alaikum. Selamat Ied al-Adha. Ingat bukan Aid al-Adha tapi Ied. dibaca katsrah Ain dia bukan Fathah. ini setahu saya. sebab selama ini saya belum menemui bacaan dalam Bahasa Arab yang menfathahkan Ainnya. Kalau memang ada marilah kita berkongsi ilmu. kalau memang tak de, maka sarjana Bahasa Arab sekalipun, haruslah merevisinya. walaupun depa belajar kat Arab sana sekalipun.
No comments:
Post a Comment