Monday, November 9, 2009

Menolak Kesalah Fahaman!

Perlu pembaca faham dari article saya…

Dalam article http://akitiano.blogspot.com/2009/04/tanggapan-artikel-kembara-ilmu-ke-india.html tentang 786 sebagai basmalah yang dinyatakan Dr. Asri ini perlu dibedakan dengan Azimat secara umum.


1- Azimat 786, ini saya telah nyatakan bahwa saya tidak tahu menahu asal usulnya sebagaimana kenyataan saya sebagai berikut:

Saya terus terang, saya belum pernah membaca dalil hukum perkara ini. Tapi saya juga tidak ingin memvonis kufur, kerana setahu saya; amalan sebagian ahli hikmah dengan membuat azimat yang tuliskan nombor adalah gantian dari lafaz-lafaz yang berbahasa Arab sebagai tafa’ulan. Ia juga berguna bagi azimat yang bertuliskan ayat al-Qur’an agar dapat masuk ke dalam tandas, maka ia digantikan dengan nombor. Walau bagaimanapun, saya terus terang memang belum menemukan dalil yang memperbolehkannya, begitu juga yang melarangnya (kerana saya belum pernah terlintas mencarinya)”.


Saya hanya hendak kita tak semudah-mudah mengklaim bahwa orang yang guna 786 itu langsung terkeluar dari daerah Islam. Walaupun saya tidak tau 786 ini, ada sebuah pertimbangan yang perlu kita fikirkan bersama, yaitu azimat-azimat yang berbentuk angka seperti yang saya letak di gambar tersebut. Ini Hujjat al-Islam Imam Muhammad bin Muhammad al-Ghazali sendiri meletaknya dalam kitabnya al-Munqidz min al-Dlalal. Maka dari sini, saya tak berani nak vonis kafir!!


Juga ulama berbeza pendapat tentang perubahan dari sebuah ayat/doa dijadikan nombor sebagaimana pernyataan saya, yaitu pendapat KH. Thoifur, Pon Pes Daarut Tauhied, Purworejo dan KH. Hanan Ma’sum, Pon Pes Fathul Ulum, Kediri. (Baca sendiri kenyataan saya tersebut).


Untuk fatwa dari Johor tersebut, saya sudah tau lama sebelum saya menulis article tersebut. Ketika saya mengamati fatwa tersebut, saya dapat memahami bahwa memvonis kafir bukanlah bagian dari fatwa tersebut dan pelakunya hanya dapat dianggap sesat. Itu pun, majlis fatwa tersebut memberi ketentuan (قيد) yaitu “sesat ketika kita percaya bahwa angka tersebut dapat memberi tuah dan nasib yang senantiasa baik”. Berikut qayyid yang ada dalam fatwa yang saya maksud: “juga menyakini angka tersebut membawa tuah dan nasib yang sentiasa baik adalah satu kepercayaan yang salah dan bertentangan dengan aqidah أهل السنة والجماعة dalam syariah serta akhlak Islam”.

Kalau saudara pakai Azimat walaupun dari ayat al-Qur’an yang ditulis di atas kertas maupun minum obat dari doktor misalnya, dan ketika itu saudara percaya bahwa yang memberi kesembuhan, etc. adalah obat atau azimat tersebut, maka tentulah perkara ini diharamkan dan ya dapat membawa kepada kesyirikan. Itu adalah basic awal yang kita semua pegang. Tapi ketika kita memakai azimat seperti yang ditulis oleh Imam al-Ghazali, dan kita anggap ia sebagai usaha? Dan yang menjadikan apapun hasilnya adalah Allah.. apakah kafir? Saya belum berani..karena dalam hal ini masih khilaf.


2- Azimat secara umum: Ini adalah pernyataan saya dalam mengcounter cjb yang berkata di forum-forum lain seolah-olah azimat atau tangkal ni siapapun pakai syirik atau sesat etc.. Semua orang harus tau: bahwa syarat dalam azimat yang disepakati akan diperkenankannya dalam syariat, ada tiga. Syarat tersebut pada dasarnya merupakan syarat Jampi serapah. Syarat tersebut adalah 1) haruslah dengan menggunakan kalam Allah, nama2Nya atau sifatNya. 2) Ditulis dengan bahasa Arab. 3) Percaya bahwa pada dasarnya jampi2 tersebut itu tidak memberi efek dengan zatnya tapi dengan kekuasaan Allah. Dalam hal ini, Azimat atau tamimah disamakan dengan jampi. (Ini ana ambil dari kitab waktu ana masih sekolah rendah lagi yaitu Reliance of The Traveller terjemahan dari Umdat al-Salik, w17.2) Pakai buku ni bagi yang buta Arab biar selamat!! Kalau reti arab baca “التاج الجامع للأصول في أحاديث الرسول”, “العلاج بالرقى من الكتاب والسنة” dan “الحجج القطعية في صحة المعتقدات والعمليات التهضية”.


Malah dalam kitab tersebut dituliskan “قد أجمع العلماء على جواز الرقى عند اجتماع ثلاثة شروط ....” (Benar2 telah ijma’ ulama terhadap diperbolehkannya jampi ketika terkumpul 3 syarat tersebut)..So saya nasihatkan kepada semua pembaca untuk belajar dulu dan menuntut ilmu yang banyak, baru nak bagi bagi pernyataan yang ilmiah.
Untuk pernyataan2 yang dilontarkan dari golongan pentaksub Wahabi or whatsoever they want to call them self, saya perlu tegaskan...kalau nak counter saya, counter di sini bukan sembrono kata-kata di forum-forum lain tanpa dapat saya pertahankan hujjah saya. Akibat dari perbuatan tercela saudara, Allah akan membalasnya.

2 comments:

Ahmad Adams said...

As Salamu alaikum wa Rahmatullah brother,

My name is Mahmud Adam. I am from America and currently residing/studying in Malaysia. For a very long time i've been interested in studying in east java. Part of this zeal stems from some discussions I had with Sheikh 'Afifi al Akiti some years back. He send me a tremedous syllabus for one school called "Ma'had Nidhamiyyah" in Kediri. Since then, I have longed to study in a madrasah with such syllabus and have waiting for the day that I can go to east java.


I have just returned from Hadramawt and am going to resume my studies in south east asia, Malaysia or Indonesia. This may be the perfect opportunity to go to east java. Do you know anything about Ma'had Nidhamiyyah ? this is were i'd like to study Insha Allah.

Please contact me at mahmudaadam@gmail.com

wassalam,
Mahmud

Yayasan Ilmu said...

Assalamualaikum,
Saya rasa seorang yg benar-benar ingin menjadi orang Islam yg haq itu tahu dia bahawa Ilmu mengenai Islam itu didapati dari dua sumber sahaja: iaitu al-Quran dan as-Sunnah (Hadith). Seseorang yg Islam itu wajib jauhi tahyul, kurafat, taklid dan bid'ah. Mempercayai nombor spt 786 adalah satu kurafat.
Nak tau Islam dan syariatnya yg haq sila layari: yayasan-ilmu.blogspot.com