Pengertian Tafsir:
Tafsir
berasal dari kata "فسّر- يفسّر-تفسيرا".
Tafsir secara bahasa adalah penjelasan atau menerangkan (الإيضاح والتبيين). Ini berdasarkan firman Allah SWT
"وَلَا يَأْتُونَك بِمَثَلٍ إلَّا جِئْنَاك
بِالْحَقِّ وَأَحْسَنَ تَفْسِيرًا ". Tafsir secara istilah adalah
sebuah ilmu yang membahas tentang al-Qur'an dari segi dilalah-nya pada
apa yang diinginkan Allah sesuai dengan kemampuan manusia.
Pengertian Takwil:
Takwil
berasal dari kata "أوَّل-يأوِّل-تأويلا".
Takwil secara bahasa adalah sama dengan tafsir yaitu penjelasan atau menerangkan.
Sedangkan menurut al-Qaththan makna takwil secara bahasa adalah kembali pada
pokoknya. Takwil secara istilah adalah menafsirkan dan menjelaskan makna suatu
ungkapan, baik yang bersesuaian dengan makna lahirnya ataupun bertentangan atau
memberi sebuah hakikat sebenarnya yang
dikehendaki suatu ungkapan.
Pengertian Terjamahan:
Tarjamah
berasal dari kata "ترجم-يترجم-ترجمة". Tarjamahan
secara bahasa adalah pindahan dari suatu
bahasa kepada bahasa yang lain. Terjamah secara istilah yang berhubungan dengan
al-Qur'an adalah memindahkan al-Qur'an ke bahasa lain yang bukan bahasa Arab dan
mencetak terjemah ini ke dalam beberapa naskah untuk dibaca orang yang tidak
mengerti bahasa Arab sehingga ia dapat memahami kitab Allah SWT dengan
perantaraan terjemah ini.
Perbedaan Antara Tafsir, Takwil dan
Terjamahan:
Kalau
tafsir lebih kepada memberi makna atau contoh bagi sepotong ayat serta memberi
komentar akan ayat tersebut yang mana menetapkan seperti yang dikehendaki Allah
SWT sama ada dengan cara yang lebih luas atau dengan cara yang lebih ringkas.
Ia juga digunakan untuk menerangkan sebuah ayat dari segi bentuk susunan
kalimatnya sama ada maknanya berupa Hakiki atau Majazi.
Sedangkan
takwil adalah memberi makna khusus bagi suatu lafadz yang memungkinkan terdapat
banyak pilihan makna. Seperti lafadz يد
di dalam al-Qur'an. Contohnya adalah ayat "يد
الله فوق أيديهم" yang mana kalau memberi makna tangan, dikhawatirkan
terjadi penyerupaan Allah dengan makhluk yang mana makhluk memiliki tangan.
Maka lafadz يد harus ditakwil
menjadi kekuasaan sehingga berarti "Kekuasaan Allah mengungguli kekuasaan
mereka".
Sedangkan terjamahan pula adalah khusus bagi pemindahan
ayat al-Qur'an yang mana memakai bahasa Arab menjadi sebuah nuskhah yang berbahasa
selain Arab seperti Farsi atau Indonesia
tanpa merubah makna kalimat asal (bahasa Arab bagi al-Qur'an).
Klasifikasi Tafsir:
Tafsir dibagi
menjadi 2 jenis: al-Tafsir al-Ma'tsur dan al-Tafsir bi al-Ra'yi.
Tafsir
al-Ma'tsur itu adalah sebuah tafsir yang di dapatkan melalui penjelasan
al-Qur'an itu sendiri yang mana terdapat pada itu sendiri maupun ayat lain atau
berbentuk periwayatan sebuah hadits dari Nabi Muhamamd SAW atau kata-kata para
sahabat.
Contoh
penafsiran dari al-Qur'an itu sendiri adalah ayat "وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمْ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ
مِنْ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنْ الْفَجْرِ" yang mana
ayat "من الفجر" adalah
tafsiran bagi ayat "الخيط الأبيض" yang masih
samar. Atau seperti "حُرِّمَتْ عَلَيْكُمْ الْمَيْتَةُ
وَالدَّمُ وَلَحْمُ الْخِنْزِيرِ" sebagai
tafsir bagi ayat "أُحِلَّتْ لَكُمْ بَهِيمَةُ
الْأَنْعَامِ إلَّا مَا يُتْلَى عَلَيْكُمْ".
Contoh
periwayatan Hadith Nabi Muhammad Sendiri adalah sesungguhnya Rasulullah SAW
menafsiri kata الظلم dengan makna
al-Syirk pada ayat "الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا
إيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمْ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ"
juga terdapat ayat yang menguatkan penafsiran Beliau yaitu "إنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ".
Contoh
periwayatan para sahabat adalah sekian banyak penjelasan para sahabat dalam
menafsiri ayat-ayat seperti tafsir Ibn 'Abbas.
Tafsir bi
al-Ra'yi pula adalah sebuah jenis penafsiran yang berdasarkan ijtihad. Tafsir
ini munculnya belakangan setelah tafsir al-Ma'tsur. Dengan tafsir inilah
membawa Islam semakin maju yang diwarnai dengan kemunculan ragam disiplin ilmu
serta banyak lagi.
Tafsir ini
terdapat polemik. Menurut sebagian ulama memilih tafsir ini adalah tidak boleh
berdasarkan ayat "وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَك بِهِ
عِلْمٌ إنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ
مَسْئُولًا " dan
juga sabda Nabi Muhammad SAW "مَنْ
قَالَ فِي الْقُرْآنِ بِرَأْيِهِ فَأَصَابَ فَقَدْ أَخْطَأَ , وَمَنْ قَالَ فِي
الْقُرْآنِ بِرَأْيِهِ فَأَخْطَأَ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ".
Sedangkan menurut golongan yang
memperbolehkan menafsir dengan ra'yi berpegangan dengan ayat "أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَى
قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا" yang mana ayat
tersebut menyuruh kita untuk memperdalam al-Qur'an. Mereka juga berpendapat,
seumpama tafsir bi ra'yi dilarang, lalu mengapa ijtihad diperbolehkan? Nabi
tidak menjelaskan setiap ayat al-Qur'an. Ini menunjukan bahwa umatnya diizinkan
berijtihad terhadap ayat-ayat yang belum dijelaskan Nabi Muhammad SAW. Di
kalangan sahabat sendiri sering terjadi khilaf dalam masalah ini sehingga ada
saja yang menafsir bi ra'yi, dan seandainya tafsir bi ra'yi dilarang, maka
tindakan para sahabat itu juga seharusnya keliru.
No comments:
Post a Comment