Artikel kali ini, saya terpaksa coretkan karena mafsadah yang muncul ditakutkan lebih besar dari maslahahnya. Walaupun saya sudah tahu perkara ini lama, saya lebih suka menasihatkan orang lain dengan lisan tanpa dicoretkan di dalam blog ini karena menganggap ia masih Akhaffu Dhararayn karena pada waktu itu, banyak kawan-kawan saya yang alumni Gontor tidak terpengaruh dengan akidah Wahabi yang diajarkan di Gontor. Menurut mereka santri Gontor banyak yang hanya menghafal pelajaran akidah tersebut tanpa benar-benar beri'tiqad dengannya.
Akan tetapi, setelah waktu berlalu, saya terkejut karena beberapa hal:
1- Gontor di Malaysia seolah-olah mewakili Pondok ASWJ di Indonesia. Padahal di Malaysia, ketika dimutlakkan istilah pondok, maka maksud mereka adalah institusi pendidikan Islam ala tradisional dengan memakai kitab-kitab turats dengan manhaj Ahli Sunnah Wal Jamaah Asy'ariyyah dan Maturidiyyah. Tapi ini jelas tidak benar karena Pondok Modern Gontor di Indonesia adalah Pondok Modern dan kitab-kitab mereka hanya sedikit yang turats. Mereka juga tidak sepenuhnya mengikuti manhaj ASWJ Asy'ariyyah dan Maturidiyyah serta berfikihkan Syafi'i yang sahih.
2- Pondok Modern Gontor selalu dan sejak dahulu menyatakan bahawa mereka tidak menyebelahi mana-mana akidah. Dengan kata lain, Gontor menerima semua golongan dan fahaman. Terserah kamu NU (Nahdlatul Ulama dengan manhaj Asy'ariyyah dan Syafi'iyyah) atau Muhammadiyyah (manhaj tidak bertaklid dengan mana-mana mazhab fikih dan akidah juga berpegang hanya pada al-Qur'an dan al-Sunnah menurut kefahaman mereka), atau apa-apa lagi; semua ini diterima di Gontor. Slogan yang selalu mereka sebutkan adalah: "GONTOR BERDIRI DI ATAS DAN UNTUK SEMUA GOLONGAN"!!!
Mereka juga memberi bukti bahawa termasuk dari alumni Gontor adalah KH Hasyim Muzadi yang pernah menjabat Ketua Tanfiz PBNU. Penulis sendiri tidak tahu apa tanggapan KH Hasyim Muzadi terhadap kitab akidah yang diajarkan di Gontor untuk 3 kelas terakhir yang akan penulis sebutkan bahayanya terhadap akidah Islam ASWJ. Bahkan penulis berharap ada yang menyampaikan kepada beliau secara adil. Selain itu, banyak dari orang tua yang tidak mengetahui akidah yang diajarkan di pondok besar ini. Ditakutkan, ada orang yang keturunan NU akan tetapi terpengaruh dengan akidah tersebut, atau menjadi orang yang bingung (pening) sehingga tidak mampu membezakan antara NU dan bukan NU. Walaupun kadang-kadang mereka menyebutkan orang NU yang mondok di Gontor akan menjadi semakin NU, Muhammadiyyah akan menjadi semakin Muhammadiyyah, penulis juga pernah bertemu dengan alumni Gontor yang hardcore Wahabinya. Jadi menurut penulis itu bukan hujjah untuk menafikan bahawa "Ada Ajaran Wahabi di Pondok Modern Gontor" yang menjadi sebab mengapa penulis merasa perlu untuk mencoretkan artikel ini. Kalau setelah tahu ada ajaran tersebut di pondok ini, dan orang tua masih memilih untuk memasukkan anaknya di pondok tersebut, maka itu adalah hak mereka.
Mereka juga memberi bukti bahawa termasuk dari alumni Gontor adalah KH Hasyim Muzadi yang pernah menjabat Ketua Tanfiz PBNU. Penulis sendiri tidak tahu apa tanggapan KH Hasyim Muzadi terhadap kitab akidah yang diajarkan di Gontor untuk 3 kelas terakhir yang akan penulis sebutkan bahayanya terhadap akidah Islam ASWJ. Bahkan penulis berharap ada yang menyampaikan kepada beliau secara adil. Selain itu, banyak dari orang tua yang tidak mengetahui akidah yang diajarkan di pondok besar ini. Ditakutkan, ada orang yang keturunan NU akan tetapi terpengaruh dengan akidah tersebut, atau menjadi orang yang bingung (pening) sehingga tidak mampu membezakan antara NU dan bukan NU. Walaupun kadang-kadang mereka menyebutkan orang NU yang mondok di Gontor akan menjadi semakin NU, Muhammadiyyah akan menjadi semakin Muhammadiyyah, penulis juga pernah bertemu dengan alumni Gontor yang hardcore Wahabinya. Jadi menurut penulis itu bukan hujjah untuk menafikan bahawa "Ada Ajaran Wahabi di Pondok Modern Gontor" yang menjadi sebab mengapa penulis merasa perlu untuk mencoretkan artikel ini. Kalau setelah tahu ada ajaran tersebut di pondok ini, dan orang tua masih memilih untuk memasukkan anaknya di pondok tersebut, maka itu adalah hak mereka.
3- Pondok Modern Gontor seolah-olah menerima kunjungan berbagai tokoh ASWJ seperti Syaikh al-Azhar Mesir dan Rektor University al-Zaytunah Tunis. Untuk masalah ini, penulis hanya dapat memberi satu kemungkinan sahaja, bahawa ulama-ulama besar ASWJ ini tidak tahu kalau ternyata institusi pendidikan Islam modern ini sebenarnya ada mengajarkan akidah Wahabiyyah sebagai silibus utama untuk kelas 4-6 (3 tahun terakhir). Selain dari itu, mereka juga mengirim alumni belajar di universitas-universitas Wahabi seperti Universiti Madinah, dan bahkan ada alumni yang mengiyakan bahawa mengaji di Madinah lebih bagus dari Mesir. Kira-kira apa kata Grand Syaikh al-Azhar yang baru sahaja habis muktamar di Chechnya dan memutuskan bahawa Wahabi bukan ASWJ???
Bahkan mereka juga mengundang ulama-ulama Wahabi (atau berniat untuk mengundang mereka) seperti Zakir Naik yang jelas-jelas membawa akidah yang terkeluar dari manhaj ASWJ ala NU! (http://www.gontor.ac.id/90tahun/klarifikasi-berita-kunjungan-dr-zakir-naik-ke-indonesia).
Salah satu comment dari alumni Gontor terhadap artikel penulis sebelum edisi revisi ini. Harap pembaca membaca secara objective, bukan emotional. |
Bahkan mereka juga mengundang ulama-ulama Wahabi (atau berniat untuk mengundang mereka) seperti Zakir Naik yang jelas-jelas membawa akidah yang terkeluar dari manhaj ASWJ ala NU! (http://www.gontor.ac.id/90tahun/klarifikasi-berita-kunjungan-dr-zakir-naik-ke-indonesia).
Bukti bahawa pihak Gontor memang berniat dan berharap untuk menghadirkan Zakir Naik |
Apakah bukti penulis dalam menyatakan bahawa Gontor yang menyatakan menerima semua golongan ini juga mengajarkan akidah Wahabiyyah yang SYADID kepada santri-santri yang mungkin masih ada yang belum mengerti untuk membezakan antara NU dan bukan NU ini? Berikut ini bukti penulis disertai dengan gambar nyata:
Ini adalah bukti pemahaman Tauhid Uluhiyyah versi Wahabi yang nantinya akan menyesatkan orang yang bertawassul dalam pembahasan yang akan datang. |
Dalam kitab ini halaman 11 ia menyatakan bahawa orang yang membuat syirik adalah halal darahnya (boleh dibunuh atau pancung). Nanti lihat pula siapa yang berbuat syirik menurut mereka??? |
Ini lagi bukti mereka menyesatkan jenis-jenis tawassul yang sudah lama diamalkan ulama Islam sejak dahulu lagi! |
Dari semua bukti ini, jelaslah kalau Pondok Modern Gontor benar-benar "Ada Mengajarkan Ajaran Wahabi di Pondok Gontor", karena bayangkan sahaja kitab silibus akidah mereka bagi 3 kelas terakhir adalah jelas-jelas berakidah Wahabi! Kalau betul mereka menerima semua golongan, saya mensarankan kepada Gontor untuk mengajarkan juga kitab Mafahim Yajib An Tushahhah oleh Prof. Dr. Sayyid Muhammad Alawi al-Maliki RH sebagai kitab silibus kelas 4-6 Gontor dan jadikan setaraf dengan silibus kitab al-Tauhid Dr Soleh al-Fauzan ini.
Mengapa penulis memberi saran seperti itu, kerana penulis memang memaklumi bahawa kelas 1-3 Gontor, akidah yang diajarkan adalah sifat 20 versi Asyáriyyah. Sayangnya, materi tersebut tidak sekuat harapan untuk melindungi akidah ASWJ dari ancaman yang diajarkan oleh Soleh Fauzan. Kitab al-Tauhid Soleh Fauzan jelas-jelas bersifat polemik dan refutation, sedangkan pengajian sifat 20 hanya bersifat menyatakan akidah ASWJ tanpa ada hujjah-hujjah iktikad Asyáriyyah dan hujjah-hujjah menolak akidah Wahabi. Oleh itu, solusi terbaik adalah sama ada membuang 3 kitab ini dari pelajaran akidah di Gontor, atau memasukkan juga kitab-kitab yang dapat mem-balance-kan antara ajaran Wahabi dan Asyáriyyah di Gontor.
Mengapa penulis memberi saran seperti itu, kerana penulis memang memaklumi bahawa kelas 1-3 Gontor, akidah yang diajarkan adalah sifat 20 versi Asyáriyyah. Sayangnya, materi tersebut tidak sekuat harapan untuk melindungi akidah ASWJ dari ancaman yang diajarkan oleh Soleh Fauzan. Kitab al-Tauhid Soleh Fauzan jelas-jelas bersifat polemik dan refutation, sedangkan pengajian sifat 20 hanya bersifat menyatakan akidah ASWJ tanpa ada hujjah-hujjah iktikad Asyáriyyah dan hujjah-hujjah menolak akidah Wahabi. Oleh itu, solusi terbaik adalah sama ada membuang 3 kitab ini dari pelajaran akidah di Gontor, atau memasukkan juga kitab-kitab yang dapat mem-balance-kan antara ajaran Wahabi dan Asyáriyyah di Gontor.
Walaubagaimanapun, penulis bersetuju dan mengakui tidak semua orang Gontor atau alumni Gontor itu Wahabi. Tidak semua juga yang Liberal. Ada dari mereka yang NU, ada yang Muhammadiyyah, ada juga yang Liberal, ada yang ikhwani, ada juga yang tidak berpihak pada mana-mana akidah kerana masih tergolong awam. Akan tetapi, artikel ini perlu dicoretkan untuk paling tidak memberi peringatan kepada santri-santri NU yang memilih untuk belajar di Gontor, agar menjauhkan diri dari pelajaran akidah 3 tahun terakhir tersebut.
P/S: Artikel ini adalah edisi revised dan edited dari artikel asal dengan judul yang sama oleh sebab-sebab tertentu. Akan tetapi ia tetap di-publish-kan sebagai saran dan peringatan kepada anak-anak NU yang memilih belajar di institusi multi dan bebas mazhab dan akidah ini. Alasan lain adalah saranan dari beberapa guru dan rakan penulis sebagai kewajiban ilmiah. Penulis juga memohon maaf kalau ada yang terguris di hati, sungguh tidak ada niat sama sekali untuk menyerang pribadi atau alma mater, akan tetapi murni wacana ilmiah yang sebaiknya dibalas dengan wacana yang ilmiah juga. Kalau ada yang salah fakta, penulis menunggu saran dari pembaca sekalian untuk penulis membetulkan perkara tersebut. Wallahu a'lam..
P/S: Artikel ini adalah edisi revised dan edited dari artikel asal dengan judul yang sama oleh sebab-sebab tertentu. Akan tetapi ia tetap di-publish-kan sebagai saran dan peringatan kepada anak-anak NU yang memilih belajar di institusi multi dan bebas mazhab dan akidah ini. Alasan lain adalah saranan dari beberapa guru dan rakan penulis sebagai kewajiban ilmiah. Penulis juga memohon maaf kalau ada yang terguris di hati, sungguh tidak ada niat sama sekali untuk menyerang pribadi atau alma mater, akan tetapi murni wacana ilmiah yang sebaiknya dibalas dengan wacana yang ilmiah juga. Kalau ada yang salah fakta, penulis menunggu saran dari pembaca sekalian untuk penulis membetulkan perkara tersebut. Wallahu a'lam..