Catatan seorang pengembara ilmu, pecinta ilmu, pejuang ilmu, dan dengan ilmu ku kembali kepada-Nya. MOTO: Hidup untuk Berfikir, Berfikir untuk Hidup!
Saturday, June 13, 2009
Facebook diharamkan Forum Bahtsul Masail? Cuba tinjau kembali hasil rumusan forum?? - Akibat dari kejahilan dan kefasiqan pers yang hanya suka sensasi
padahal haram di sini tidak secara mutlak loh...ada ketentuan-ketentuan yang harus dipertimbangkan...Efek dari berita yang dikeluarkan pers kemarin telah membuat banyak org binggung dan ada yang beranggapan pesantren salaf terlalu kolot dan tidak mau lihat sisi positif...saya pribadi dikirimi sms oleh banyak org dan isinya ada yang klarifikasi, protes, memperolok2 dan ada yg setuju secara positif.
padahal saya bilang, bahwa apa yang diberitakan adalah salah persepsi...coba lihat di diskripsi dan soal serta jawaban yang diberi...ternyata isinya adalah kasus dimana orang berpacaran lewat FB, FS, lain sebagainya yang mana status pacaran tersebut tidak jelas deh...mau nikah atau cuma pdkt yang menuju kepada pacaran yang tidak ada unsur mau nikah..pacaran seperti ini bahaya karena takut terjadi ZINA...seperti yang kita tau, sejak 15 tahun yang lalu, CHATing pake MIRC misalnya; dijadikan ajang mencari calon ONE NIGHT STAND (berhubungan zina semalam aja)...bagaimana itu tidak haram??
Di sisi lain, chatting, FB, FS dan lain-lain sama seperti media lainnya (telephone, bertatap muka, surat, sms, etc.) dapat dijadikan ajang informasi, seperti berita dan mendapat ilmu demi sesuatu yang positif..ini juga merupakan bagian dari muamalah yang menjadi hajat manusia..dan ini bagaimana mungkin haram???
Antara Pacaran yang haram dan tunangan yang halal: dalam Islam ada konsep tunangan atau khitbah (ta'arruf). dalam hal ini diperbolehkan dan diatur tatacaranya dalam agama karena ada tujuan yang kuat yaitu ingin melanjutkan ke pelaminan (liat ibarat di Jamal juz 4 hal. 120)...dan ini jelas bukan pacaran yang haram tersebut...karena pacaran yang gak jelas adalah seperti apakah akan melanjutkan ke pelaminan?? jawabanya ya sante aja, nikah urusan belakangan...jangan buru2...ada juga yang merasa pacaran hanya ajang mau curhat dan melempar rasa kasih dan cinta, bukan untuk nikah... ada juga yang sekadar ingin memuaskan nafsu dengan seks bebas...so apakah ini layak masuk lamaran?? karena khitbah adalah prosesi seorang lelaki mengungkapkan rasa hendak menikahi (BUKAN PACARAN) dengan perempuan...maka lalu dia disebut sebagai proses khitbah yang nantinya kalau si cewek terima disebut sebagai makhtubah....
Kesimpulan: FB, FS, dan lain2 itu sama dengan telefon, atau bertemu langsung karena ia merupakan sarana perpindahannya media komunikasi...maka oleh itu ia dapat jadi haram, halal, sunah, makruh, mubah, sesuai dengan isi dan tujuan media itu digunakan...kalau FB digunakan untuk bermuamalah, maka hukumnya mubah, karena ia hajat walaupun dilakukan antara lain jenis. kalau ia merupakan tunangan seperti ucapan lelaki pada cewek "Aku suka dengan kamu dan aku ingin menikah dengan kamu (bukan pacaran)...atau aku ingin menikah dengan mu", maka ia adalah khitbah yang secara hukum mubah menurut jumhur, dan sunnah (mustahab) menurut qaul mu'tamad mazhab Syafi'i (Lihat: al-Mausu'ah al-Fiqhiyyah juz 19 p. 190).. Kalau dalam FB keluar seperti kata2: "Pacaran yuk", "In relationship (but not in engagement/atau bermaksud dalam relationship yang mengisyaratkan bukan bertunang)" atau "secara jelas mengajak ketemuan dan bukan untuk lamaran, cuma happy2" atau "langsung ajak dating dan akan berhubungan ZINA (free seks) secara Shorih atau Kinayah", ya maka Haram seperti di dalam kitab Ihya' atau hasil rumusan di Forum Bahtsul Masail tersebut....
Nasihat dari Ana: Pers sebaiknya mengaji/mengkaji dulu sebelum membuat liputan atau ikut proses pembahasan bahtsul masail tersebut. Pers sebaiknya tidak terlalu mencari sensasi, karena akan berakibatkan kesalah fahaman terhadap umat. Kalau memang pers murni tidak mencari sensasi, apabila terjadi salah tulis atau salah faham segera melakukan pembetulan (Correction)yang dicetak halaman yang sama dengan berita terdahulu agar tidak ada unsur menonjolkan berita yang salah sedangkan pembetulan dikeduakan...Undang-Undang Pers di Indonesia segera diketatkan karena kebebasan PERS sudah melebihi batas karena sering membuat berita yang kadang-kadang salah secara fakta... Ini dikarenakan mass media merupakan sebuah media yang dapat diakses masyarakat luas, dan kesalah fahaman dapat merusak nama baik seseorang yang pada dasarnya berawal dari keteledoran pers...Saya teringat cerita yang pernah diajarkan kepada saya sewaktu masih SD, bahwa Daulah Utsmaniyyah di TURKI jatuh bukan karena kalah perang, tetapi musuh dari dalam yang menggunakan MEDIA...
Untuk pengamatan teman2 semua, sila baca saja PASTE saya ini yg merupakan dokumen otentik dari FMP3 sendiri yang disertai Ibaratnya (Maaf ibarat agak rusak...kalau nak bagi email di comment, nanti ana hantar ibarat yang jelas...):
1. PDKT VIA HP
Kerangka Analisis Masalah
Dewasa ini, perubahan yang paling ngetop dengan terciptanya fasilitas komunikasi ini adalah trend hubungan muda-mudi (ajnabi) via HP yang begitu akrab, dekat dan bahkan over intim. Dengan fasilitas audio call, video call, SMS, 3G, Chatting, Friendster, facebook, dan lain-lain. Jarak ruang dan waktu yang tadinya menjadi rintangan terjalinnya keakraban dan kedekatan hubungan lawan jenis nyaris hilang dengan hubungan via HP. Lebih dari itu, nilai kesopanan dan keluguan seseorang bahkan ketabuan sekalipun akan sangat mudah ditawar menjadi suasana fair dan vulgar tanpa batas dalam hubungan ini. Trend hubungan via HP ini barangkali dimanfaatkan sebagai media menjalin hubungan lawan jenis untuk sekedar "main-main" atau justru lebih ekstrim dari itu. Sedangkan bagi mereka yang sudah mengidap "syndrome usia," hubungan lawan jenis via HP sangat efektif untuk dimanfaatkan sebagai media PDKT untuk menjajaki atau mengenali karakteristik kepribadian seseorang yang dihasrati yang pada gilirannya akan ia pilih sebagai pasangan hidup atau hanya berhenti pada hubungan sahabat.
Pertanyaan
a. Bagaimana hukum PDKT via HP (telpon, SMS, 3G, chatting, friendster, facebook, dan lain-lain) dengan lawan jenis dalam rangka mencari jodoh yang paling ideal atau untuk penjajakan dan pengenalan lebih intim tentang karakteristik kepribadian seseorang yang diminati untuk dijadikan pasangan hidup, baik sebelum atau pasca khitbah?
(FMP3 Jatim Sekret. P3HM Lirboyo Kediri (0354) 772197)
Jawaban
Komunikasi via HP pada dasarnya sama dengan komunikasi secara langsung. Hukum komunikasi dengan lawan jenis tidak diperbolehkan kecuali ada hajat seperti dalam rangka khitbah, muamalah, dan lain sebagainya.
Mengenai pengenalan karakter dan penjajakan lebih jauh terhadap lawan jenis seperti dalam deskipsi tidak dapat dikategorikan hajat karena belum ada ‘azm (keinginan kuat untuk menikahi orang tertentu). Sedang hubungan via 3G juga tidak diperbolehkan bila menimbulkan syahwat atau fitnah.
R E F E R E N S I
1. Bariqah Mahmudiyyah vol. IV hal. 7
2. Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyyah vol. I hal. 12763
3. Ihya ‘Ulumiddin vol. III hal. 99
4. Hasyiyah al-Jamal vol. IV hal. 120
5. Is’adur Rafiq vol. II hal. 105
6. Al-Fiqhul Islamy vol. IX hal. 6292
7. I’anatut Thalibin vol. III hal. 301
8. Qulyuby ‘Umairah vol. III hal. 209
9. I’anatut Thalibin vol. III hal. 260
10. Al-Fatawi al-Fiqhiyyah al-Kubra vol. I hal. 203
11. Tausyih ‘ala ibn Qosim hal.197
1. بريقة محمودية الجزء الرابع صحـ 7
( السادس والخمسون التكلم مع الشابة الأجنبية فإنه لا يجوز بلا حاجة ) لأنه مظنة الفتنة فإن بحاجة كالشهادة والتبايع والتبليغ فيجوز ( حتى لا يشمت ) العاطسة ( ولا يسلم عليها ولا يرد سلامها جهرا بل في نفسه ) إذا سلمت عليه ( وكذا العكس ) أي لا تشمته الشابة الأجنبية إذا عطس قال في الخلاصة أما العطاس امرأة عطست إن كانت عجوزا يرد عليها وإن كانت شابة يرد عليها في نفسه وهذا كالسلام فإن المرأة الأجنبية إذا سلمت على الرجل إن كانت عجوزا رد الرجل عليها السلام بلسانه بصوت يسمع وإن كانت شابة رد عليها في نفسه وكذا الرجل إذا سلم على امرأة أجنبية فالجواب فيه يكون على العكس ( لقوله صلى الله تعالى عليه وسلم واللسان زناه الكلام ) أي يكتب به إثم كإثم الزاني كما في حديث العينان تزنيان واليدان تزنيان والرجلان تزنيان والفرج يزني وما في القنية يجوز الكلام المباح مع المرأة الأجنبية فمحمول على الضرورة أو أمن الشهوة أو العجوز التي ينقطع الميل عنها
2. الموسوعة الفقهية الجزء الأول صحـ 12763
الكلام مع المرأة الأجنبية ذهب الفقهاء إلى أنه لا يجوز التكلم مع الشابة الأجنبية بلا حاجة لأنه مظنة الفتنة وقالوا إن المرأة الأجنبية إذا سلمت على الرجل إن كانت عجوزا رد الرجل عليها لفظا أما إن كانت شابة يخشى الافتنان بها أو يخشى افتنانها هي بمن سلم عليها فالسلام عليها وجواب السلام منها حكمه الكراهة عند المالكية والشافعية والحنابلة وذكر الحنفية أن الرجل يرد على سلام المرأة في نفسه إن سلمت عليه وترد هي في نفسها إن سلم عليها وصرح الشافعية بحرمة ردها عليه
3. إحياء علوم الدين الجزء الثالث صحـ 99
وهذا يدل على أنه لا يجوز للنساء مجالسة العميان كما جرت به العادة في المأتم والولائم فيحرم على الأعمى الخلوة بالنساء ويحرم على المرأة مجالسة الأعمى وتحديق النظر إليه لغير حاجة وإنما جوز للنساء محادثة الرجال والنظر إليهم لأجل عموم الحاجة
4. الجمل الجزء الرابع ص 120
(و) سن (نظر كل) من المرأة والرجل (للآخر بعد قصده نكاحه قبل خطبته غير عورة) في الصلاة وإن لم يؤذن له فيه أو خيف منه الفتنة للحاجة إليه فينظر الرجل من الحرة الوجه والكفين وممن بها رق ما عدا ما بين سرة وركبة كما صرح به ابن الرفعة في الأمة وقال أنه مفهوم كلامهم وهما ينظرانه منه فتعبيري بما ذكر أخذا من كلام الرافعي وغيره أولى من تعبير الأصل كغيره بالوجه والكفين واحتج لذلك بقوله صلى الله عليه وسلم للمغيرة وقد خطب امرأة "انظر إليها فإنه أحرى أن يؤدم بينكما" أي أن تدوم بينكما المودة والألفة رواه الترمذي وحسنه والحاكم وصححه وقيس بما فيه عكسه وإنما اعتبر ذلك بعد القصد لأنه لا حاجة إليه قبله ومراده بخطب في الخبر عزم على خطبتها لخبر أبي داود وغيره "إذا ألقي في قلب امرئ خطبة امرأة فلا بأس أن ينظر إليها" وأما اعتباره قبل الخطبة فلأنه لو كان بعدها لربما أعرض عن منظوره فيؤذيه
(قوله بعد قصده نكاحه إلخ) أي وقد رجا الإجابة رجاء ظاهرا كما قاله ابن عبد السلام لأن النظر لا يجوز إلا عند غلبة الظن المجوز ويشترط أيضا أن يكون عالما بخلوها عن نكاح وعدة تحرم التعريض وإلا فغاية النظر مع علمها به كونه كالتعريض اهـ شرح م ر (قوله : قبل خطبة) فلا يسن بعدها على ما هو ظاهر كلامهم لكن الأوجه كما قال شيخنا استحبابه فالتقييد بالقبلية للأولوية على المعتمد – إلى أن قال – (قوله عزم على خطبتها) أي وإن كانت خطبتها حينئذ غير جائزة بأن كانت معتدة فيجوز له الآن نظر المعتدة لخطبتها بعد العدة وإن كان بإذنها أو علمها بأنه لرغبته في نكاحها ثم رأيت في شرح الإرشاد الصغير ولا بد في حل النظر من تيقن خلوها من نكاح وعدة وخطبة ومن أن يغلب على ظنه أنه يجاب ومن أن يرغب في نكاحها اهـ ومثله في شرح شيخنا لكن قيد العدة بكونها تحرم التعريض اهـ شوبري
5. إسعاد الرفيق الجزء الثاني ص 105
(و) منها (كتابة ما يحرم النطق به) قال في البداية لان القلم احد اللسانين فاحفظه عما يجب حفظ اللسان منه اي من غنيمة وغيرها فلا يكتب به ما يحرم النطق به من جميع ما مر وغيره
6. الفقه الإسلامي وأدلته الجزء التاسع صحـ 6292
حكمة الخطبة الخطبة كغيرها من مقدمات الزواج طريق لتعرف كل من الخاطبين على الأخر إذ أنها سبيل دراسة أخلاق الطرفين وطبائعهما وميلهما ولكن بالقدر المسموح به شرعا وهو كاف جدا فإذا وجد التلاقي والتجارب أمكن الإقدام على الزواج الذي هو رابطة دائمة في الحياة واطمأن الطرفان إلى أنه يمكن التعايش بينهما بينهما بسلام وأمان وسعادة ووثام وطمأنينة وحب وهي غايات يحرص عليها كل الشباب والآهل من ورائهم
7. إعانة الطالبين الجزء الثالث صحـ 301
(قوله لا في نحو مرآة) أي لا يحرم نظره لها في نحو مرآة كماء وذلك لانه لم يرها فيها وإنما رأى مثالها ويؤيده قولهم لو علق طلاقها برؤيتها لم يحنث برؤية خيالها والمرأة مثله فلا يحرم نظرها له في ذلك قال في التحفة: ومحل ذلك، كما هو ظاهر، حيث لم يخش فتنة ولا شهوة.
8. حاشيتا قليوبي وعميرة الجزء الثالث صحـ 209
والحاصل أنه يحرم رؤية شيء من بدنها وإن أبين كظفر وشعر عانة وإبط ودم حجم وفصد لا نحو بول كلبن والعبرة في المبان بوقت الإبانة فيحرم ما أبين من أجنبية وإن نكحها ولا يحرم ما أبين من زوجة وإن أبانها وشمل النظر ما لو كان من وراء زجاج أو مهلهل النسج أو في ماء صاف وخرج به رؤية الصورة في الماء أو في المرآة فلا يحرم ولو مع شهوة ويحرم سماع صوتها ولو نحو القرآن إن خاف منه فتنة أو التذ به وإلا فلا والأمرد فيما ذكر كالمرأة.
9. إعانة الطالبين الجزء الثالث صحـ 260
(قوله: وليس من العورة الصوت) أي صوت المرأة، ومثله صوت الامرد فيحل سماعه ما لم تخش فتنة أو يلتذ به وإلا حرم (قوله: فلا يحرم سماعه) أي الصوت. وقوله إلا إن خشي منه فتنة أو التذ به: أي فإنه يحرم سماعه، أي ولو بنحو القرآن، ومن الصوت: الزغاريد. وفي البجيرمي: وصوتها ليس بعورة على الاصح، لكن يحرم الاصغاء إليه عند خوف الفتنة. وإذا قرع باب المرأة أحد فلا تجيبه بصوت رخيم، بل تغلظ صوتها، بأن تأخذ طرف كفها بفيها وتجيب. وفي العباب: ويندب إذا خافت داعيا أن تغل صوتها بوضع ظهر كفها على فيها. اهـ.
10. الفتاوي الفقهية الكبرى الجزء الأول صحـ 203
والمراد بالفتنة الزنا ومقدماته من النظر والخلوة واللمس وغير ذلك
11. توشيح على ابن قاسم صحـ 197
الفتنة هي ميل النفس ودعاؤها إلى الجماع أو مقدماته والشهوة هو أن يلتذ بالنظر
Friday, June 5, 2009
Suasana Bahtsul Masail FBMPP se Eks Kawedanan Pare, di Pondok Raudlatul Ulum Kencong
Salah satu dari suasana di bahtsu.....
Perumus dan Mushohhih....
Semangat peserta Bahtsu....
Tempat rujukan atau referensi FBMPP dan inilah penjaga-penjaga kitab...
P/S: satu harapan saya bagi pelajar-pelajar pondok atau agama Islam di Malaysia. marilah belajar dari santri Indonesia...dengan kemudahan yang sangat terbatas, semangat dalam menuntut Ilmu tiada tandingannya...Saya berharap kawan-kawan di Malaysia suatu saat dapat menjadi seperti santri-santri di Jawa ini...Dan bagi kawan-kawan yang dah memang belajar di Jawa...saya harap tingkatkanlah semamngat seperti orang Jawa dalam menuntut ilmu...kalau anta kene menuntut selama 7 tahun maka pastikan perabihkan 7 tahun...jangan half-half...kalau kene hafal Alfiyah Ibn malik, hafalkanlah seluruhnya...kalau kene tak tidur sampai subuh utk musyawarah, paksakanlah diri...karena ini semua demi Ilmu...Ma'a al-Najah...
Wednesday, June 3, 2009
Hasil bahtsul Masail FBMPP Eks Kawedanan Pare ke XVI
1. Kisah Nabi Khidir AS dan nabi musa as
Sering terdengar dari klaim-klaim orang awam yang mengikuti tarikat, bahwa ada perkara-perkara yang keluar dari Syariat kadangkala boleh. Ini dikarenakan orang tersebut sudah sampai pada tingkatan hakikat atau ma’rifat. Hujjah yang dikeluarkan adalah kisah Nabi Musa dan Nabi
Pertanyaan
a. Benarkah apa yang diklaim oleh orang awam tarikat tadi?
b. Apakah makna sebenarnya dari kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir AS dalam Al Quran tersebut?
c. Apakah ilmu ladunni itu?
(Pon Pes Raudlatul Ulum, Kencong)
Jawaban
a. Klaim orang awam seperti itu adalah klaim yang tidak dapat dibenarkan bahkan klaim yang sesat lagi menyesatkan.
Catatan: Bagi orang yang majdzûb ketika sedang dalam jadzab dikecualikan dari ketentuan di atas karena mereka bukanlah dari golongan mukallaf. Walau bagaimanapun, orang majdzûb terbagi menjadi dua; 1- majdzûb yang tidak sampai pada “إختلال العقل” tetapi hanya sekadar “استتار العقل وتغطيته ” maka ia disamakan dengan orang yang lupa atau tidur. Oleh karena itu, setelah sadar ia wajib mengqadla kewajiban yang ditinggalnya ketika ia jadzab seperti solat, dan ia wajib mengganti harta milik orang lain seumpama ia merusaknya. 2- Majdzûb yang sampai pada “إختلال العقل” maka seumpama ia meninggalkan solat maka ia tidak berkewajiban mengqodlonya, akan tetapi seumpama merusak harta orang lain tetap berkewajiban menggantinya oleh si walinya.
/ R E F E R E N S I / | |||
01 | Kifatayat al-Atqiya’ hal. 12 | 04 | `Iânah al-Thâlibin vol.4 hal. 134 |
02 | Hasyiah al-Jamal ‘ala al-Manhaj vol. 3 hal. 613 | 05 | `Inaratu al-Duja hal. 209 |
03 | Fath al-Bari Syarh al-Bukhari vol. 1 hal. 221 | 06 | Umdatul Fudhala` hal. 121 |
b. Makna yang terkandung dalam kisah Nabi Musa dan Nabi Khidlir banyak sekali yang bisa kita petik diantaranya:
1- Pentingnya mencari ilmu kepada ahlinya sekalipun ia sudah pada tingkatan yang lebih tinggi dari orang yang mengajarnya.
2- Terbaginya ilmu menjadi dua macam: a) ilmu muktasab yang bisa didapatkan dengan upaya pencarian (belajar); b) ilmu ladunni yang dianugrahkan oleh Allah kepada orang yang dikehendaki-Nya.
3- Sikap sabar terhadap gurunya ketika dalam pencarian ilmu, sebab kesabaran itu merupakan salah satu kunci keberhasilan.
4- dan lain-lain.
/ R E F E R E N S I / | |||
01 | Fath al-Qadir vol. 4 hal. 408 | 02 | Taisir al-Lathif al-Mannan vol. 1 hal. 442 |
c. Ilmu ladunni adalah ilmu yang diberikan oleh Allah kepada seseorang tanpa melalui proses belajar atau perantara. Ilmu ini dianugrahkan kepada orang-orang yang mengamalkan ilmunya disertai dengan kebeningan hati dan melakukan riyadlah dan mujahadah.
/ R E F E R E N S I / | |||
01 | al-Bahru al-Madid vol. 4 hal. 256 | 02 | Tafsir Fakhru al-din al-Rozi vol. 21 hal. 150 |
2. Lupa hafalan al-qur’an
Sering kami dengar dari kebanyakan santri-santri penghafal Al Quran di banyak Pesantren, yang katanya juga menurut guru-gurunya (kyainya), bahwa orang yang saat menghafalkan Al Qurannya tidak diniati menghafal (ya mungkin diniati membaca terus biar lancar, lalu karena saking biasanya, menjadi hafal sendiri), orang tersebut bila sampai lupa hafalannya tidak dihukumi berdosa. Sehingga banyak juga santri yang menggunakan metode ini ketika menghafal Al Quran.
Pertanyaan
a. Apakah anggapan tersebut memang ada dasarnya (dapat dibenarkan menurut fiqh)?
b. Sejauh manakah batasannya orang dianggap lupa hafalan Al Quran yang dihukumi berdosa?
(Pon Pes Darussalam, Sumbersari)
Jawaban
a. Anggapan tersebut tidak ditemukan dasarnya (tidak bisa dibenarkan).
/ R E F E R E N S I / | |||
01 | Bariqah Mahmudiyah vol. 4 hal. 195 | 02 | Faidl al-Qadir vol. 4 hal. 414 |
b. Lupa yang dimaksud dalam ancaman dosa terjadi khilaf dikalangan ulama; 1- hilangnya hafalan dikarenakan sembarangan (semberono) dan yang dimaksud lupa di sini adalah sekiranya sulit untuk mengembalikan ingatannya. Adapun lupa-lupa ingat yang masih bisa dikembalikan tanpa bersusah-payah semisal dengan mendengarkan bacaan orang lain maka tidak termasuk dalam ancaman dosa. 2- tidak mengamalkan kandungan al-Qur’an.
/ R E F E R E N S I / | |||
01 | al-Fatawa al-Kubra al-Fiqhiyyah vol. 1 hal. 36 | 04 | al-Fawaid al-Makkiyyah hal. 15 |
02 | Hasyiah al-Jamal vol. 1 hal. 446 | 05 | Syarh al-Zurqani vol. 2 hal. 17 |
03 | al-Zawajir vol. 1 hal. 201 | 06 | Fatawa al-Azhar vol. 8 hal. 34 |
3. Antara syariat dan tradisi
Tradisi penduduk di
Pertanyaan
a. Bolehkah kita, dalam pandangan kaca mata fiqh mengikuti tradisi tersebut?
b. Apakah bila berkeyakinan pada kejadian di atas (pesan dalam mimpi) itu termasuk kufur?
c. Bagaimana pula hukumnya membangun kembali pada kuburan yang ambrol seperti diskripsi di atas?
(Pon Pes al-Miftah, Biro Puncu)
Jawaban
a. Sebenarnya pembahasan no. 3 belum terbahas secara total karena keterbatasan waktu. Hanya saja yang sudah bisa disepakati adalah: mengenai hukum asal perbaikan kuburan tanpa terkait dengan adat-adat yang lain dan hukum yang disepakatinya adalah mubah.
/ R E F E R E N S I / | |||
01 | Asna al-Mathalib vol. 1 hal. 332 | 03 | Nihayatuz Zain hal. 163 |
02 | Hasyiah al-Jamal vol. 4 hal. 14 | | |