Alhamdulillah adalah sebuah kata-kata yang ana ucapkan berkali-kali hari ini. Ini disebabkan ana secara tidak sengaja dapat berkhidmat untuk seorang Ulama Agung di Indonesia, yaitu KH. Maimun Zubair, Pengasuh Pondok Pesantren al-Anwar, Sarang, Rembang, Jawa Tengah. Terima Kasih juga ana ucapkan kepada segenap Staff KBRI Maroko: Ibu Duta, Bapak Dedy, Bapak Suparman, dan Bapak Plasit (Maaf kalau salah eja karena memang sulit menyebutkan nama beliau yang merupakan asal Maroko tapi fasih bertutur bahasa Indonesia). Juga tidak dilupakan kepada Gus Kamil Maimun (Putra Mbah Yai), Gus Arwani (Putra Kyai Thoifur Lasem), Ibu-ibu nyai dan salah seorang pengiring Romo Yai.
Awal cerita dari perjalanan ini adalah sambungan dari acara di Universitas Ibn Tofail, Kenitra di mana beliau berpeluang berceramah di hadapan dosen-dosen salah satu universitas bergengsi di Maroko. Salah satu petikan di dalam ceramah beliau adalah "Ilmu pertama yang masuk di dalam dadaku adalah kitab al-Ajjurumiyyah fi al-Nahwi maka ilmu pertama yang masuk dalam dadaku adalah ilmu ulama Maghribi"... Masya Allah, Tidak salah bagi ana untuk memilih Maroko sebagai tempat ana menuntut ilmu setelah Indonesia. Beliau juga menceritakan di mana ulama Indonesia dan Maroko memiliki ikatan yang kuat karena memiliki budaya, dan asal usul ilmu yang sama. Di Indonesia, kitab Dalail al-Khoirat diamalkan di mana-mana. Pengarang kitab ini adalah Syaikh Jazuli yang mana beliau mengarang kitab ini di salah satu Madrasah tempat santri-santri Jami' Qarawiyyin tinggal. Ana sendiri memang sudah mengamalkan kitab selawat ini dan semoga dapat memberi manfaat bagi diri ana agar lebih istiqamah dalam apapun ibadah dan amalan. Amin.
Tanpa perlu panjang cerita, kesan dari ceramah di Kenitra, ana memutuskan untuk berangkat ke Fes pagi-pagi agar dapat ikut rombongan KH Maimun Zubair untuk berziarah di kota Fes. Apalagi, ana memang sudah pindah di Fes. Ana juga memang sudah sering ke Madinah Qadimah serta ke Dharih (Maqam) wali-wali kota Fes. Dalam Sepur, ana menghubungi Mas Sholeh @ President PPI Maroko priode 2011-2012. Dan terima kasih beliau telah menghubungkan ana kepada Bapak Dedy yaitu staff KBRI Maroko dan tanpa disangka pak Dedy begitu ramah serta mensilakan ana untuk tunggu di Atlas tepatnya bunderan yang ada al-Kurrah al-Ardliyyah. Ana pun pergi berangkat bersama salah seorang kawan Malaysia dan terima kasih juga buatnya. Sekitar pukul 11.30 ana melihat mobil hitam Merci dan Land Cruiser berpelat kuning. Maka ini adalah tanda mobil kedutaan Indonesia. Ana pun bergegas menemui Pak Dedy dan ternyata Pak Dedy memberi tempat untuk ana masuk dalam mobil serta menunjukkan jalan ke Madinah Qadimah. Malah yang terkejut, perjalanan ini seolah-olah ditanggung jawabkan
kepada ana, padahal tujuan ana hanya ingin bertabarruk dengan Romo Yai
serta ingin mendengarkan beberapa fatwa beliau. Inilah suatu nikmat yang diberikan kepada Allah ketika niat kita adalah untuk mengabdi kepada orang Alim. Kyai Hannan Kwagean pernah berpesan kepada ana bahwa "man khadama khudima" (siapa yang berkhidmat maka akan diberi khidmat). Maka bermulalah ziarah Fes kami di pintu masuk Bab Rasif.
Ketika mobil KBRI berhenti di halaman yang semua mobil dilarang masuk kecuali kami, maka KH Maimun pun turun. Ana tanpa ragu-ragu terus sambut beliau dan memperkenalkan diri ana. Maka ana menjelaskan sedikit tentang sejarah Madinah Qadimah Fes ini serta tujuan pertama kita yaitu Madrasah al-Shaffarin. Madrasah ini sebenarnya merupakan kamar-kamar untuk santri-santri Jami' Qarawiyyin. Teman Malaysia ana pernah bilang kalau dulu pernah ada santri dari Indonesia yang mondok di sini. Dan beliau juga menceritakan kalau di dalam salah satu kamar ini ada mauqifnya Imam Jazuli di mana beliau gunakan untuk mengarang kitab Selawat Dalail al-Khoirat. Ana pun menceritakan ini kepada Romo Yai.
Setelah itu, ana mengajak Romo Yai ke perpustakaan Qarawiyyin. Biasanya dilarang untuk dijadikan tempat tourist. Tapi dengan karisma KH Maimun, kami dapat masuk serta kekuatan Ibu Duta, pegawai perpustakaan seolah-olah tidak mampu menghalang kami. Bahkan, orang Maroko biasa aja tidak dapat masuk sampai di bahagian kitab, tapi kami berhasil memegang dan membaca beberapa kitab di tempat buku tersusun. Bahkan Romo Yai sempat membuka-buka kitab dan membaca hampir 15 minit di situ. Ketua Perpustakaan bahkan bilang ke Romo Yai kalau mereka memiliki 4000 lebih manuscript yang di simpan di sini. dan kebanyakannya sudah di foto atau masuk dalam micro film untuk dibaca oleh para ahlinya. Ana berharap untuk dapat melakukan tahqiq kitab seperti ini di sini apalagi dengan modal didikan mas ana yang memang ahli baca makhthutat. Amin.
Ketika Azan Zuhur kedengaran, maka ana menyusulkan kepada rombongan untuk segera ke Jami' Qarrawiyyin dan melakukan solat Zuhur karena pintu masjid hanya akan dibuka ketika waktu solat sahaja. Ketika selesai mereka akan menguncinya. Di dalam masjid, saya membantu Romo Kyai untuk berwudlu dan beliau mampu untuk wudlu sendiri walaupun berumur 84 masih kelihatan peka dan tetap menjaga wudlu beliau serta membasuh tempat2 yang memerlukan untuk diperhatikan masuknya air di dalamnya seperti celah2 jari kaki. Setelah itu, ana menghantarkan beliau di depan mihrab solat agar beliau mendapatkan saf pertama. Ketika itu, beliau bertanya mengapa orang-orang pada solat mereng ke kiri? ana pun menjawab bahwa dulu bangunan masjid Qarawiyyin dibina ketika belum tahu arah kiblat. akan tetapi setelah beberapa ratus tahun baru diketahui kesalahan tersebut. Oleh sebab itu mereka merubah arah kiblat akan tetapi bangunan tetap sama. Perkara ini langsung ditolak oleh KH Maimun Zubair. Beliau berkata itu tidak sepatutnya berlaku. Karena dalam 4 mazhab yang penting adalah dalail al-qiblat. Jadi dengan menghadap arah timur sudah benar. Ini berbeda dengan mazhab Syiah menurut beliau. Ana juga ada menambahkan beberapa keterangan tentang Jihah al-Qiblat yang dipegang bukan Ain al-Ka'bah. Oleh itu, Romo Yai jelas kurang suka dan mengingatkan ana berulang kali. Perkara ini ditegur beliau karena isu perubahan kiblat masjid di Indonesia yang juga seperti di dalam film Sang Pencerah. Tanpa perlu membahas ini, ana memperkenalkan beliau dengan Imam Masjid Qarrawiyyin. Setelah itu ana menunjukkan kursi-kursi di masjid di mana kursi tersebut adalah tempat duduk Syuyukh Qarawiyyin untuk mengajar. Dan ana juga menjelaskan bahwa Jami' Qarawiyyin bahwa ia seperti pesantren di Indonesia.
Setelah itu, kami pun bergegas ke Mat'am @ Restoran Maroko dan makan. Ketika di sinilah ana dapat bertanya beberapa soalan kepada beliau tentang perkara-perkara yang ana perlu petunjuk dari beliau. Tentunya tidak dapat ana jelaskan isi dari perbicaraan kami. Tapi sesuatu yang menarik adalah keistimewaan kitab Dalail al-Khoirat. Habis menjamu selera, kami pun berangkat menuju ke Maqam Syeikh Tijani. Di sana kami disambut oleh khalifah Thoriqoh tersebut. Selanjutnya membaca tahlilan dan doa bersama.
Ketika sudah selesai, kami berangkat menuju kenderaan untuk selanjutnya berangkat ke Dhorih Abu Bakar Ibnu al-Arabiy, pengarang Tafsir Ahkam al-Qur'an yang masyhur. Alhamdulillah ana dibantu oleh teman Arab untuk menunjukkan jalan. Setelah selesai, ana pun pamit kepada Romo Yai serta Rombongan dan minta agar didoakan segalanya lancar. Maka dengan ini, ana mengucapkan Terima Kasih banyak kepada KH. Maimun Zubair. Semoga kami ada umur panjang untuk bertemu kembali. Amin.
No comments:
Post a Comment