Walau bagaimanapun, ana dalam dua tahun ini, sedikit menerima wacana yang diberikan oleh JAKIM, yaitu pendekatan untuk tidak menjadi dalang atau bagian dalam memecah-belahkan umat Islam. Dalam arti, janganlah kita bergaduh antara ustaz dan ustaz. Ya itu adalah pegangan banyak sarjana Islam di Timur Tengah seperti Wahbah al-Zuhayli dan lain2. Tapi di satu sisi, kita harus menghormati apa yang dinamakan Ilmiah. Ketika golongan Sunni Asyairoh berbicara sebuah yang ilmiah, maka itulah kita pegang. Begitu juga sebaliknya.
Hanya saja, dalam 5 bulan akhir-akhir ini, terjadi pergolakan dalam hati ana, di mana, ana menilai, ada alasan kuat mengapa munculnya aliran yang menghabiskan umur mereka untuk mengcounter Wahabi. Sebab apa, ketika Wahabi hanya berprinsip bahwa masalah tawassul, hadiah pahala amal kepada si mati, melafazkan niat, rakaat terawih, perayaan maulid, zikir berjamaah, aliran sufi/tarikat, tabarruk, dan lain-lain adalah masalah khilafiyyah yang tidak perlu digembar-gemborkan apalagi menjadikan ia sebuah isu yang berusaha memberi wacana bahwa ia adalah sebuah perkara yang jijik dan kotor lagi bid'ah @ sesat malah dapat membawa kepada kafir, MAKA TENTUNYA ANA AKAN AKUR DENGAN MEREKA.
Akan tetapi, permasalahan yang muncul adalah sebaliknya, Wahabi modern sekarang adalah orang yang pertama membangkitkan isu-isu khilafiyah ini. Bahkan teringat ana, ketika ana masih di tingakat satu berada di sebuah sekolah yang memiliki pemahaman Wahabi, yaitu Sekolah Kiblah. Sewaktu ana di sekolah tersebut, secara sepontan kami diajarkan bahwa tawassul adalah haram dan pelaku tawassul jatuh kafir. Ana masih ingat ketika ana ditolak habis-habisan kerana mengamalkan wiridan tarikat di sewaktu masih bersekolah asrama penuh di sekolah tersebut.
Sesuatu yang mengherankan adalah, ketika Wahabi sedang kuat dan didukung oleh orang-orang yang kuat juga, mererka berani memvonis bid'ah banyak perkara bahkan sampai takfir. Akan tetapi, ketika mereka sedang dicounter oleh banyak ulama Sunni yang mulai bangkit, dan tatkala itu ajaran mereka terancam, barulah mereka kata bahwa isu tawassul dan lain-lain adalah hanya masalah khilafiyyah yang tidak perlu dibahas dan ia adalah isu yang sensitif. Alangkah liciknya mereka.
Melihat kenyataan yang terjadi ini, lebih-lebih lagi di Negara Tanah Airku Malaysia, maaflah ustaz-ustaz JAKIM yang mengajarkan ana untuk tidak mengikuti mana-mana pihak dan yang penting menjaga ukhwah; Kerana ana sudah muak dengan toleransi yang ana berikan terhadap mereka Wahabi. Ana terpaksa mengcounter Wahabi dan kebatilan mereka pada artikel kali ini, dan sedikit memberi pemikiran yang segar kepada murid-murid ana di Indonesia maupun yang berada di Malaysia.
Ana memberi contoh kepada ustaz-ustaz JAKIM yang ana hormati, lihatlah mereka Wahabi sendiri menulis buku yang terlihat sangat ilmiah, akan tetapi pada dasarnya hanya memberi pandangan dari puak Wahabi tanpa menilai dengan cara yang seimbang dan bersikap terbuka terhadap isu khilaf. Sila baca buku berjudul: SUNNAH DAN BIDAAH DALAM AMALAN ORANG MELAYU. Masih Fresh lagi.

Contoh isu yang ana tolak pendapatnya dan pendapat tersebut merupakan pendapat yang bersifat batu api adalah masalah talaffuz bi al-niat yang sememangnya sudah habis dibahas oleh ulama suatu ketika dahulu. Contoh kesalahan besar oleh penulis tersebut ada di halaman 33 di mana dia mengatakan belajar niat sepert "‘أصلي فرض الظهر...." adalah hanya untuk belajar bukan praktik melafazkan niat. Sehingga muncullah bid'ah di masyarakat melayu. Ini adalah sebuah tuduhan yang kurang ajar dan tidak berdasar. Apalagi hujjah yang dipakai lagi-lagi sangat cetek yaitu mengatakan bahwa menurut Imam Nawawi kalau melafazkan tapi tidak meletakkan niat dalam hati maka niat tidak sah berdasarkan ijmak. Penulis sebegini seharusnya mengaji dulu betul-betul ilmu furu'. alasan mengapa tidak jadi adalah sebab tempat niat berada di dalam hati. kalau lafaz tak letak dalam hati maka tidak sah. Tapi tidak ada sedikit pun pernyataan Imam Nawawi bahwa melafazkan niat adalah bid'ah malah sesat. Juga nukilan Imam Nawawi tidak sedikitpun mendukung pendapat penulis buku tersebut
Ana sudah habis membahas masalah niat ini dalam sebuah bab kecil khusus dalam thesis ana. Sememangnya, 4 mazhab Fiqh tidak melarang melafazkan niat. bahkan sunnat menurut mazhab Syafi'i kerana demi mengukuhkan. Sedangkan mazhab Maliki yang membid'ahkan tidak sampai memvonis dosa, tapi cuma khilaf aula bahkan menjadi sunnat bagi orang yang was-was. Pendapat ini hampir sama dengan mazhab Hanafi. Bahkan mazhab yang dianut oleh Ibn Taimiyyah sendiri yaitu mazhab Hanbali berpendapat talaffuz niat adalah sunnah dengan cara sirri yaitu tidak sampai didengar orang lain. Maka Claim penulis buku tersebut sangatlah terpesong oleh sebab kurangnya pengajian ilmu-ilmu khilaf. Lihatlah thesis ana yang berjudul "قاعدة الأصل في العبادة الحظر - دراسة تأصيلية وتطبيقية مقارنة بين المذاهب الأربعة" (Kaedah Asal dalam Ibadah adalah Terlarang - Sebuah Kajian Keorisinalitas dan Penerapannya yang Dibandingkan antara Empat Mazhab).
Selain masalah isu talaffuz niat, termasuk yang perlu ditolak oleh JAKIM bahkan harus dilarang penjualannya adalah masalah tawassul. Salah satu qoute yang perlu ana paparkan adalah: "Bertawassul dengan orang yang telah mati atau orang yang ghaib. Tawassul ini tidak diharuskan oleh syarak kerana boleh membawa syirik dan memuja berpunca daripada tariqah sufiyyah, fahaman animisme atau pengaruh umat terdahulu" (Halaman: 135). Ungkapan ini seolah-olah menuduh dan memberi imej buruk kepada tarikat-tarikat sufi. Apalagi isu tawassul seperti yang telah ana katakan sebelum ini, bahkan oleh banyak sarjanawan-sarjanawan yang unggul bahwa isu tawassul sudah selesai dan iya masalah khilaf.
Kesimpulan dari tulisan ini, ana hanya ingin mengungkapkan kepada pembaca, bahwa kenapa munculnya golongan yang sangat kuat mengcounter Wahabi, seperti Yayasan Sofa, Ust. Zamihan, Blog Jomfaham, dan lain-lain adalah sebab ulah orang Wahabi sendiri.