Wednesday, December 7, 2011

Sekelumit Tentang Tafsir dan Takwil

Pengertian Tafsir:
            Tafsir berasal dari kata "فسّر- يفسّر-تفسيرا". Tafsir secara bahasa adalah penjelasan atau menerangkan (الإيضاح والتبيين). Ini berdasarkan firman Allah SWT "وَلَا يَأْتُونَك بِمَثَلٍ إلَّا جِئْنَاك بِالْحَقِّ وَأَحْسَنَ تَفْسِيرًا ". Tafsir secara istilah adalah sebuah ilmu yang membahas tentang al-Qur'an dari segi dilalah-nya pada apa yang diinginkan Allah sesuai dengan kemampuan manusia.

Pengertian Takwil:
            Takwil berasal dari kata "أوَّل-يأوِّل-تأويلا". Takwil secara bahasa adalah sama dengan tafsir yaitu penjelasan atau menerangkan. Sedangkan menurut al-Qaththan makna takwil secara bahasa adalah kembali pada pokoknya. Takwil secara istilah adalah menafsirkan dan menjelaskan makna suatu ungkapan, baik yang bersesuaian dengan makna lahirnya ataupun bertentangan atau memberi sebuah hakikat sebenarnya  yang dikehendaki suatu ungkapan.

Pengertian Terjamahan:
            Tarjamah berasal dari kata "ترجم-يترجم-ترجمة". Tarjamahan secara bahasa adalah pindahan dari  suatu bahasa kepada bahasa yang lain. Terjamah secara istilah yang berhubungan dengan al-Qur'an adalah memindahkan al-Qur'an ke bahasa lain yang bukan bahasa Arab dan mencetak terjemah ini ke dalam beberapa naskah untuk dibaca orang yang tidak mengerti bahasa Arab sehingga ia dapat memahami kitab Allah SWT dengan perantaraan terjemah ini.

Perbedaan Antara Tafsir, Takwil dan Terjamahan:
            Kalau tafsir lebih kepada memberi makna atau contoh bagi sepotong ayat serta memberi komentar akan ayat tersebut yang mana menetapkan seperti yang dikehendaki Allah SWT sama ada dengan cara yang lebih luas atau dengan cara yang lebih ringkas. Ia juga digunakan untuk menerangkan sebuah ayat dari segi bentuk susunan kalimatnya sama ada maknanya berupa Hakiki atau Majazi.
            Sedangkan takwil adalah memberi makna khusus bagi suatu lafadz yang memungkinkan terdapat banyak pilihan makna. Seperti lafadz يد di dalam al-Qur'an. Contohnya adalah ayat "يد الله فوق أيديهم" yang mana kalau memberi makna tangan, dikhawatirkan terjadi penyerupaan Allah dengan makhluk yang mana makhluk memiliki tangan. Maka lafadz يد harus ditakwil menjadi kekuasaan sehingga berarti "Kekuasaan Allah mengungguli kekuasaan mereka".
            Sedangkan  terjamahan pula adalah khusus bagi pemindahan ayat al-Qur'an yang mana memakai bahasa Arab menjadi sebuah nuskhah yang berbahasa selain Arab seperti Farsi atau Indonesia tanpa merubah makna kalimat asal (bahasa Arab bagi al-Qur'an).

Klasifikasi Tafsir:
            Tafsir dibagi menjadi 2 jenis: al-Tafsir al-Ma'tsur dan al-Tafsir bi al-Ra'yi.
            Tafsir al-Ma'tsur itu adalah sebuah tafsir yang di dapatkan melalui penjelasan al-Qur'an itu sendiri yang mana terdapat pada itu sendiri maupun ayat lain atau berbentuk periwayatan sebuah hadits dari Nabi Muhamamd SAW atau kata-kata para sahabat.
            Contoh penafsiran dari al-Qur'an itu sendiri adalah ayat "وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمْ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنْ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنْ الْفَجْرِ" yang mana ayat "من الفجر" adalah tafsiran bagi ayat "الخيط الأبيض" yang masih samar. Atau seperti "حُرِّمَتْ عَلَيْكُمْ الْمَيْتَةُ وَالدَّمُ وَلَحْمُ الْخِنْزِيرِ" sebagai tafsir bagi ayat "أُحِلَّتْ لَكُمْ بَهِيمَةُ الْأَنْعَامِ إلَّا مَا يُتْلَى عَلَيْكُمْ".
            Contoh periwayatan Hadith Nabi Muhammad Sendiri adalah sesungguhnya Rasulullah SAW menafsiri kata الظلم dengan makna al-Syirk pada ayat "الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمْ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ" juga terdapat ayat yang menguatkan penafsiran Beliau yaitu "إنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ".
            Contoh periwayatan para sahabat adalah sekian banyak penjelasan para sahabat dalam menafsiri ayat-ayat seperti tafsir Ibn 'Abbas.
            Tafsir bi al-Ra'yi pula adalah sebuah jenis penafsiran yang berdasarkan ijtihad. Tafsir ini munculnya belakangan setelah tafsir al-Ma'tsur. Dengan tafsir inilah membawa Islam semakin maju yang diwarnai dengan kemunculan ragam disiplin ilmu serta banyak lagi.
            Tafsir ini terdapat polemik. Menurut sebagian ulama memilih tafsir ini adalah tidak boleh berdasarkan ayat "وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَك بِهِ عِلْمٌ إنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا " dan juga sabda Nabi Muhammad SAW "مَنْ قَالَ فِي الْقُرْآنِ بِرَأْيِهِ فَأَصَابَ فَقَدْ أَخْطَأَ , وَمَنْ قَالَ فِي الْقُرْآنِ بِرَأْيِهِ فَأَخْطَأَ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ".
            Sedangkan menurut golongan yang memperbolehkan menafsir dengan ra'yi berpegangan dengan ayat "أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا" yang mana ayat tersebut menyuruh kita untuk memperdalam al-Qur'an. Mereka juga berpendapat, seumpama tafsir bi ra'yi dilarang, lalu mengapa ijtihad diperbolehkan? Nabi tidak menjelaskan setiap ayat al-Qur'an. Ini menunjukan bahwa umatnya diizinkan berijtihad terhadap ayat-ayat yang belum dijelaskan Nabi Muhammad SAW. Di kalangan sahabat sendiri sering terjadi khilaf dalam masalah ini sehingga ada saja yang menafsir bi ra'yi, dan seandainya tafsir bi ra'yi dilarang, maka tindakan para sahabat itu juga seharusnya keliru.

No comments: