Sunday, October 11, 2009

Lagi Satu Provokasi Pers Indonesia

Sebenarnya saya sudah tidak mau membahas ini karena keadaan sudah mulai reda dan banyak rakyat Indonesia yang saya kenal sudah mulai faham. Pers Indonesia juga sudah mulai melupakannya. Akan tetapi, ternyata itu hanya sebuah mimpi. Pers masih memprovokasi. Sudah berulang kali diingatkan dan diperbetulkan banyak masalah, pers Indonesia masih berdegil. Sekarang mereka menambahkan andaian yang tidak ilmiah dan lebih-lebih lagi memprovokasi pers Malaysia dan menggunakan hujjah pers Malaysia yang dulu berkata Pers Indonesia hanya membesar-besarkan masalah. Tidak ada habis-habisnya masalah ini. Menurut saya segera harus Pers Indonesia dan Malaysia mengadakan sebuah diskusi terbuka dalam forum dengan moderator live di Telivisi untuk menyelesaikan berbagai tuduhan. Lihatlah tulisan Kompas ini dan mengatakan isu BENDERA itu hanya diperbesar-besarkan PERS Malaysia. Padahal yang memulai masalah adalah Pers Indonesia dan membesar-besarkannya sampai terjadi demo di mana-mana. Baca yang berwarna dari artikel ini:


Warga Malaysia Dijamin Aman Datang ke Indonesia
Minggu, 11 Oktober 2009 | 21:18 WIB

KUCHING, KOMPAS.com-Dubes RI untuk Malaysia Dai Bachtiar menegaskan, warga Malaysia tidak perlu takut datang ke Indonesia dan dijamin keamanannya, seperti warga asing lainnya, walaupun ada sebuah kelompok sangat kecil yang menamakan Bendera melakukan provokasi perang atau menyerang Malaysia pada Oktober ini.

"Ini sudah merupakan kewajiban pemerintah Indonesia untuk menjamin warga asing, termasuk warga Malaysia, jika datang ke Indonesia," kata Dai ketika meninjau perbatasan dari Kuching, Tebedu hingga Entikong, Kalimantan Barat, Minggu (11/10).

Dubes Dai meninjau perbatasan mulai dari Kuching, Sarawak hingga Entikong, Kalimantan Barat merupakan satu paket kunjungan memperingati HUT kemerdekaan Malaysia ke-52 yang diadakan di Kuching, Sarawak.

Kunjungannya ke pos perlintasan perbatasan Entikong-Tebedu karena ini merupakan pintu keluar masuk warga Indonesia dan TKI, terkait banyaknya perdagangan manusia (trafficking) dan ancaman Bendera (benteng demokrasi rakyat) yang telah menyatakan perang dan akan menyerang Malaysia antara 8-22 Oktober 2009.

Ancaman ini terus dibesar-besarkan oleh pers Malaysia sehingga membuat keresahan di kalangan pemerintah dan masyarakat Malaysia sendiri. Sementara ancaman itu tidak dimuat oleh pers Indonesia karena dinilai tidak masuk akal. "Tapi kami paham bahwa setiap ancaman itu harus diketahui oleh rakyat Malaysia," katanya.

"Semalam ketika menghadiri peringatan kemerdekaan Malaysia di Kuching, Menteri Penerangan Malaysia Rais Yatim menanyakan lagi soal ancaman Bendera. Mereka minta agar pemerintah Indonesia menindak tegas Bendera yang katanya akan menyerang dan ganyang Malaysia," kata mantan Kapolri itu.

Dubes juga mengaku telah menelepon Kapolri untuk menindak tegas provokasi yang dilakukan sekelompok kecil warga mengatasnamakan Bendera. Polri berjanji akan menindak tegas jika Bendera sudah melakukan tindakan di luar hukum. Selama ini, mereka hanya berikan ancaman atau pernyataan saja akan menyerang Malaysia.

"Kami sudah menjelaskan kepada pemerintah Malaysia bahwa aparat keamanan terus memantau Bendera walaupun mereka hanya berikan ancaman dengan pernyataan. Namun jika sudah masuk wilayah hukum maka akan diambil tindakan tegas terhadap mereka," janji Dubes.

"Malaysia juga harus melihat secara logis ancaman Bendera yang katanya mau menyerang hanya dengan bambu runcing. Jika ada klaim dari Bendera bahwa ada 8.000 TKI yang berikan dukungan itu hanya omong kosong. Bagaimana mungkin TKI sibuk bekerja memberikan dukungan kepada Bendera," katanya.

"Walaupun belum ada dampaknya bagi TKI yang bekerja di Malaysia tapi jika terus dibesar-besarkan oleh pers Malaysia khawatir dianggap suatu kebenaran. Ini akan memperburuk hubungan baik Indonesia-Malaysia. Marilah kita sudahi isu ini," katanya.

Kepada aparat keamanan di perbatasan, Dubes RI untuk Malaysia itu juga minta agar lalu lintas warga Indonesia di perbatasan diawasi dengan baik untuk mengurangi perdagangan manusia dan perlindungan TKI yang bekerja di negeri jiran ini.

Kekhawatiran keamanan warga Malaysia datang ke Indonesia juga muncul ketika Garuda Indonesia mempromosikan wisata ke Lombok terkait dengan penerbangan perdananya Kuala Lumpur-Jakarta- Lombok (pp) mulai 2 November 2009. Dalam promosi kepada para biro perjalanan Malaysia, banyak muncul kekhawatiran dan pertanyaan soal keamanan warga Malaysia jika datang ke Indonesia terkait ancaman perang oleh Bendera.

http://internasional.kompas.com/read/xml/2009/10/11/21184521/Warga.Malaysia.Dijamin.Aman.Datang.ke.Indonesia


Utusan Malaysia: Tarian Pendet: Anifah pelik sikap media Indonesia

PUTRAJAYA Sept. 21 – Menteri Luar, Datuk Anifah Aman berasa pelik dengan sikap media Indonesia yang enggan menerima penjelasan akan isu tarian Pendet yang telah mencetuskan insiden anti-Malaysia di negara itu.

Sebaliknya, para pemberita Indonesia terus mengulangi isu itu di surat khabar, kata beliau kepada pemberita di rumah terbuka Perdana Menteri Datuk Seri Najib Tun Razak di Seri Perdana, di sini, hari ini.

Beliau berkata, Malaysia telah pun menerima penjelasan Discovery Channel mengenai kontroversi tarian Pendet itu dan penjelasan itu juga telah disampaikan kepada kerajaan Indonesia dan mereka juga telah menerima penjelasan itu.

Beliau berkata, Malaysia tidak pernah mengakui tarian Pendet itu adalah tarian Malaysia dan ianya adalah kesilapan pihak Discovery Channel.

Anifah berkata beliau telah membuat penjelasan dalam pertemuan dengan rakan sejawat dari Indonesia, Hassan Wirajuda pada Khamis lalu.

Beliau berharap selepas pertemuan itu, yang telah berjalan dengan baik, segala masalah yang dihadapi oleh kedua-dua negara akan dapat diselesaikan dalam cara yang terbaik.

“Saya telah perjelaskan dalam sidang akhbar (di Indonesia) bahawa Malaysia tidak ada masalah dengan Indonesia,” katanya.

Pertemuan dengan Hassan Wirajuda itu adalah berikutan insiden anti-Malaysia dan laporan media yang negatif terhadap Malaysia di republik berkenaan.

– BERNAMA

http://www.utusan.com.my/utusan/info.asp?y=2009&dt=0922&pub=utusan_malaysia&sec=Muka_Hadapan&pg=mh_03.htm&arc=hive


Yang pelik tu, kenapa PERS INDONESIA tidak segera merevisi berita mereka yang selama ini memprovokasi antar dua negara sehingga sentimen membenci Malaysia muncul di Indonesia? Selama libur ini, saya berusaha untuk senantiasa melihat TVONE agar terlintas permohonan maaf atas tuduhan-tuduhan tersebut. Tapi tidak ada. ketika Malaysia mengcounter secara ilmiah, tiba-tiba pers Indonesia terdiam seribu bahasa. Malaysia Marah kepada Pers Indonesia (bukan rakyat maupun pemerintah) akan tuduhan tersebut dengan membesar-besarkan masalah. Ketika muncul isu Kumpulan BENDERA yang mau ikut gerakan konfrontasi Sukarno tahun 1960-1965, rakyat Malaysia pun merasa takut mau datang ke Indonesia. Karena ini dapat mengurangkan pemasukan Indonesia, entah mengapa Pers Indonesia dengan selamba mengatakan Pers Malaysia terlalu membesar-besarkan masalah. So? Saya berharap Pemerintah Indonesia segera mengambil sikap secara terbuka terhadap Pers Indonesia dan bilang kepada mereka untuk mensiarkan bahwa selama ini mereka telah melakukan kesalahan sama ada teknis atau pun sengaja.

No comments: