Sunday, March 25, 2007

Review Dibawah Bendera Revolusi


Review dari Buku Ini:

Buku ini adalah sebuah buku yang mengumpulkan banyak artikel-artikel Bung Karno. Ia mengajarkan pada kita seperti apakah pemikiran Bapak Kemerdekaan Indonesia ini? Jawaban yang aku bisa beri adalah 'KAGET'. Dulu aku pernah sedikit kagum dengan perjuangan dan sosok Bung Karno. Walaupun beliau sedikit tidak ikut syariat (seperti kawin lebih dari 4 –katanya sih-). Akan tetapi, setelah aku membaca buku ini, jawaban yang selama ini aku simpan banyak yang terjawab, dan secara ringkas aku bisa mengatakan bahwa aku bukanlah orang yang FANS dengan Bung Karno.

Dalam buku ini aku sangat tidak setuju dengan pemikiran beliau yang terlalu Nationalis, arogan, lebih-lebih selalu memandang Karl Marx sebagai tokoh philosophisnya dan Kemal Attaturk sebagai tokoh islam yang dianutnya. Ini dapat dilihat dari nukilan yang diambil dalam menyikapi banyak hal walaupun urusan tabir dan lain-lain.

Kalau aku bisa singgung, Bung Karno memang orang yang berprinsipal, memiliki ketagasan, gagah perkasa, pintar dan cinta tanah air. Akan tetapi, yang tidak aku suka adalah sosok beliau yang tidak begitu mengerti agama. Ok lah kalau beliau tidak sempat belajar agama, akan tetapi jangan seseorang yang tidak mengerti agama membahas soal agama. Ini akan menyebabkan penyesatan di dalam Islam. Beliau adalah orang yang suka dengan pemansuhan khalifah di Turki. Beliau jelas-jelas melontarkan semboyan memperjuangkan perjuangan Kemal Attaturk.

Selain dari itu, beliau sangat anti dengan metode salaf seperti Nahdlatul Ulama. Beliau lebih suka dengan memodernisasi sebuah agama, walaupun dengan cara merubah sebuah hukum seperti pemasangan tabir (pemisah lelaki dan perempuan). Ok lah, masalah tabir memang masih khilaf, akan tetapi pendapat beliau yang mengatakan bahwa tabir itu adalah simbol perbudakan perempuan itu jelas Aku tak suka!

Suatu perkara yang aku tak suka lagi adalah gaya pemikiran beliau yang terlalu dibentuk dengan pemikiran Orientalis. Walaupun beliau adalah orang yang membenci Barat, akan tetapi aku harus jujur bahwa beliau memiliki idoelogy yang tidak jauh beda dengan orang barat. Sorry-lah Sukarno. Hang ni sama jer macam orang barat! Bukan orang timur asli!

Satu lagi perkara yang membuat aku tidak suka dengan Sukarno adalah kata-katanya yang menjatuhkan thoriqoh. Dia menerima mentah-mentah penelitian orientalis yang menuduh bahwa kemunduran Ottoman empire berada pada tarikat yang menyuruh muridnya untuk berwirid malam sampai ngantuk sehingga siang tidak kuat bekerja. Menurut pengamatanku, Sultan Abdul Hamid mengerakkan thoriqah adalah sebagai jalur spy untuk mengetahui kemuslihatan-kemuslihatan orang barat dalam menjatuhkan orang Islam. Efek yang berlaku seperti klaim sukarno adalah sebuah kesalahan besar, karena bukan semua akan tetapi sedikit yang berbuat demikian. Jangalah kita menghukumi suatu yang substansial kepada sesuatu yang global. Itu adalah salah. Kesalahan 1 orang bukan berarti negara tersebut melakukan kesalahan. Menurut aku, Sukarno masih perlu banyak memperdalami Ilmu politik Islam. Jangan cepat mengklaim bahwa Islam itu kolot. Ottoman itu mengajarkan sesuatu yang takhayyul. Banyak lagi permasalahan yang menarik. Bacalah buku ini agar anda dapat menilai sendiri siapa itu sukarno.

Prolog Bedah Buku Dibawah Bendera Revolusi


Prolog:

Di kampus ku lagi ribut memperjuangkan hak rakyat. Teman-teman "G"-kan (Maaf kuatir tersinggung) sering melontarkan perkataan "revolusi". Aku terus berfikir akan pernyataan itu. Ada yang mengatakan bahwa pemerintah tidak becus "kurang maksimal" dalam membangun negara. Ada yang mengatakan "aku ingin rakyat yang menguasai". Ada juga yang berkata "rakyat adalah tujuan perjuangan" dan banyak lagi slogan-slogan alasan yang kelihatannya perjuangan dilontarkan. Banyak dari mereka ingin mengembalikan Indonesia menjadi seperti pemerintahan Sukarno. Malahan banyak dari golongan PDI-P maupun lainnya, mulai mengidolakan Sukarno sehingga aku pernah mendengar tukang ngojek ngomong "Sukarno itu setengah wali". Apakah wali semudah itu untuk dideteksi? Sekilas ku berfikir. WHY?

Untuk menjawab ini, aku melihat titik bermula sebuah perjuangan. Mengikut sejarah, Indonesia mulai digoyah dengan demonstrasi berbondong-bondong dan tidak berhentinya walaupun kadang hari lebaran terjadi adalah pada rejim setelah kejatuhan Pak Harto. Karena dulu, rejim Bung Karno, PKI-Bung Karno banyak mengalami pertentangan dengan Mahasiswa, Tentera dan Alim Ulama. Setelah itu, Pak Karno tumbang, Indonesia di Brain Wash menjadi bangsa demokrasi, berphilosophy pancasila, anti pemikiran komunisme serta berjiwa ketuhanan dan WAJIB Pro Pemerintah. Setelah sekian lama rakyat dibodohi, terjadilah reformasi sehingga rejim pasca Pak Harto terpaksa melakukan pembukaan pemikiran (free speech and thinking). Dari sini mulailah melakukan pembetulan akan sejarah. Kalau dulu, Suharto mengajarkan kepada bangsa Indonesia, kalau PKI jahat dan Suharto-lah yang menjadi penyelamat. Sekarang – disebabkan kebencian yang amat dari rakyat pada Suharto – maka sejarah G 30 S ditafsir ulang dengan memberi sebuah intepretasi bahwa Suahrto-lah yang berada dibalik G 30 S untuk menjatuhkan Sukarno. Sukarno-lah bapak kebangsaan yang menjadi victim dari ulah suharto. Untuk itu aku harus mengenal lebih dalam siapa Sukarno?

Ok-lah, sebelum aku membahas pemikiran ku dan mengatakan pendirian ku, aku ingin kamu semua tau kalau aku sudah membaca banyak buku. Inilah buku pertama aku untuk memahami pemikiran rakyat Indonesia (walaupun sebelumnya kalau masalah sejarah Indonesia, banyak aku sudah baca dan mengerti).

Dasar filsafat ku adalah Islam, berdasarkan teologi yang dirumuskan Imam Abu Hasan al-Asya'ri dan Mathuridi. Aku menerima apa saja yang positif selagi tidak bertentangan dengan filsafat mayor ku. Secara syariat aku sedikit lunak. Aku menerima 4 madzhab atau lebih asalkan bukan sebuah qaul yang fasid dan kalau memerlukan talfiq sebagai solusi silakan, tetapi dengan catatan bukan talfiq yang ada unsur tatabu' al-Rukhas (untuk mencari kumudahan terus-menerus).

Cerita aku dengan Buku Ini:

Dulu, sebelum aku membaca buku ini, aku hanya mendapat sedikit refrensi tentang Sukarno, dan banyak yang masih menjadi pertanyaan. Seperti mengapa Sukarno melakukan konfrontasi dengan Malaysia. Tidak adanya refrensi karena ORBA melakukan sweeping pada buku-buku yang mengajarkan ideology Sukarno. Setelah reformasi barulah buku-buku bung karno boleh dijual. Akhirnya, aku mendapat buku ini dengan harga yang agak mahal. Walau bagaimanapun, aku ikhlas, karena ini buku lama. Aku mendapat cetakan kedua. Untuk reviewnya, bacalah post berikutnya!

Thursday, March 22, 2007

Perjuangan Gender yang Salah Arah!

Ospek Stain Kediri tahun 2006 digemparkan dengan seminar bertajuk "Gender". Dari kata gender, terlintas di pemikiran para cama-cami "apa perlu?". Ada juga yang berfikir, "Ya! Kaum kita harus diperjuangkan! (mungkin cami khususnya)". Akan tetapi, apa yang ingin dibahas di sini adalah sebuah perkara yang sudah basi, cuma perlu untuk diangkat kembali, karena khawatir mahasiswi Stain terjerumus oleh pengaruh pemikiran liberal yang mengempur benteng Ahl al-Sunnah wa al-Jamâah. Karena keterbatasan ruang, akan kami singgung hanya 2 isu yang sangat diperselisihkan zaman sekarang yaitu isu kesetaraan (1) dalam ekonomi (2) dalam keluarga dan masalah polygyny.
Kesetaraan yang dituntut dalam masalah ekonomi adalah seperti kebebasan para wanita untuk keluar bekerja, sama ada waktu malam mahupun siang, serta kebebasan memilih pekerjaan apapun selagi mampu. Mereka mengklaim bahwa orang Islam sangat sengit melarang wanita untuk keluar bekerja, dan ini adalah sebuah penindasan menurut mereka. Juga tentang pelarangan wanita keluar malam yang berlaku di Nusantara khususnya. Apakah Islam sesempit itu? Perlu diketahui, dalam Islam tidak pernah terlintas atau terdapat pelarangan bagi perempuan untuk bekerja maupun mempunyai hak memiliki harta. Seperti hak mendapat waris, hak uang mahar mahupun usaha mereka sendiri, dan yang lebih menarik mereka tidak wajib mengeluarkan uang untuk kebutuhan orang lain sama ada sebelum maupun setelah kawin. Hanya saja di dalam kasus tertentu, wanita diperkenan mengeluarkan uangnya untuk membiayai orang lain seperti suaminya yang sakit dan tidak memiliki uang. Itu pun bukan sebuah kewajiban baginya, akan tetapi hanya sebuah sifat sayang dan peduli terhadap suaminya I'ânat al-Tholibǐn (4:44).
Timbulnya masalah larangan bekerja bagi perempuan ini terjadi akibat dari pekerjaan yang menuntut perempuan untuk melakukan perkara yang dilarang dalam Islam seperti membuka aurat di saat bekerja dan keluar yang dapat membawa fitnah (ada indikasi fitnah/dzan fitnah). Contohnya pekerjaan menjadi SPG di toko pakaian di kota-kota metropolis yang mana kalau pelamar lowongan kerja tersebut memakai kerudung, pasti tidak akan diberi kesempatan bekerja. Lihat saja di toko-toko Plaza Tunjungan, karena perempuan adalah daya tarik konsumen. Tidak terdapat sama sekali wanita berkerudung yang menjadi SPG ditempat itu, dan ini adalah sebuah pengakuan dari salah satu wanita yang sedang melamar pekerjaan. Pada saat ini terjadi, malah aktifis seperti Ibu Shinta memperjuangkan hak perempuan untuk bebas bekerja, bukan hak wanita untuk boleh bekerja dengan memakai kerudung dan bebas fitnah? Kalau saja pekerjaan yang dilakukan oleh wanita tersebut adalah pekerjaan yang masih menjaga kewajibannya sebagai muslimah, pasti tidak ada satupun dari ulama' sunni yang melarang! Seperti menjahit, memasak maupun menjadi seorang guru. Kesimpulannya, kalau sebuah pekerjaan tersebut dilarang dalam Islam karena ada unsur maksiat, maka lelaki pun haram melakukannya seperti menjadi model CD yang pasti membuka aurat walaupun bagi lelaki.
Sedangkan permasalah larangan keluar malam juga hampir sama masalahnya. Islam tidak melarang keluar selagi bebas dari munkarat dan fitnah. Ini diungkapkan oleh Ibn Hajar al-Haytami dalam fatwanya yaitu Fatawi al-Kubra al-Fiqhiyah (1:199), dan di Is'âd al-Rafǐq (2:3). Melihat kenyataan banyaknya kecelaan yang terjadi di malam hari, maka sudah menjadi lumrah bagi orang kita melarang anak perempuannya keluar malam, dan ini adalah sebuah anugrah yang harus kita terima. Seumpama keluarnya wanita tersebut bersama muhrim atau suami yang akan menjaganya, dalam Islam jelas memperbolehkannya! Hikmah dari keharaman keluar kalau terdapat fitnah, adalah sebuah ketegasan yang bermanfaat bagi kaum Hawa. Mereka seharusnya bersyukur, karena adanya larangan tersebut itu menaikkan harga diri perempuan, agar tidak dilakukan seenaknya saja oleh lelaki hidung belang. Bayangkan ada seorang perempuan yang sangat cantik, tidak pernah menampakan dirinya, serta menjaga keperawanan dan harga dirinya; pasti banyak laki-laki yang mengejar dan sangup menjadi suami dengan mahar yang sangat tinggi pun! Serta pasti suami tersebut menjaganya dengan baik dan tidak ingin melepaskan begitu saja. Cerita ini telah pun diungkap di dalam syair uqud al-jumân " بكر منيع سترها لمن دنا * و من أتاها خاضعا نال المنى - زففتها لمن نهاه راجح * و مهرها منه الدعآء الصالح". Kalau pun golongan aktifis tetap bersikeras dan memberi hujjah bahwa zaman sekrang sudah modern, dan bisa dicarikan alternatif untuk menghindari kecelaan, maka jawaban relevan yang bisa diberi adalah lihatlah kenyataan! Kejahatan yang terjadi rata-rata adalah akibat dari ketidak patuhan wanita terhadap agama! Mengapa seorang wanita dikejar-kejar dan diperkosa lelaki hidung belang, adalah disebabkan wanita tersebut menunjukan keseksiannya dan menaikan gairah orang lain lebih-lebih lagi wanita bekerja sebagai bar tender.
Kesetaraan dalam keluarga yang dituntut adalah hak kepimpinan seorang suami. Bahan ini adalah amunisi yang paling kuat bagi aktifis gender dalam mencari simpati dan dukungan, serta keberhasilan mereka adalah karena mereka sering memberi contoh dampak dari kepimpinan lelaki dalam rumah tangga yaitu terjadinya penganiyaan terhadap istri (physical/emotional abuse). Perlu diketahui, dalam Islam memang ada perbedaan di antara lelaki dan perempuan. Ini adalah sebuah kurnia yang diberikan Allah pada kaum Hawa. Mengapa? Melihat dari segi psikologis laki-laki (masculine) memiliki sifat yang lebih kepada ketahanan fisik dan aqal daripada perempuan (feminine). Sedangkan wanita lebih kepada kekuatan batin seperti kasih sayang. Ini sudah dibuktikan secara medis (lihat makalah Ghazali Sa'id, Kesetaraan Gender Dalam Perspektif Islam dan juga jurnal lainnya). Ditambah lagi ayat "
الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ" yang mana semua ahl tafsir sepakat akan makna dari ayat ini menunjukan bahwa lelaki lebih unggul dari wanita, cuma yang masih diperselisihkan oleh ahli tafsir adalah "dalam bidang apa?" Selanjutnya, penalaran ayat ini juga menunjukan kratiria mayoritas, sehingga masih dimungkinkan bagi golongan wanita ada yang melebihi lelaki. Itu pun hanya terbatas pada sektor ketakwaan dan aktifitas ritualitas seperti Siti Aisyah dan Maryam binti Imran (Hasyiah al-Shâwi 1:218, Mizan al-Kubrâ 2:189). Keunggulan lelaki seperti yang diterangkan al-Shâwi ada pada dua perkara, yaitu keunggulan yang gifted dan keunggulan yang diusahakan (kasbiyah). Dari keterangan ringkas – yang mana kalau ingin lebih mendalam dan lengkap dapat dilihat dari refrensi kami di perpus pribadi- secara bukti scientific mahupun theological.
Bukti ayat tersebut dalam Islam menunjukan ketegasan bahwa lelaki mendapat mandat untuk menjaga para wanita. Seorang suami harus menafakahi istri dan anaknya. Apabila seorang lelaki tidak sangup melakukannya, maka dia tidak lagi bisa diberi status seorang pemimpin, maka konsekwensinya seorang istri bisa meminta untuk dithalak. Berbeda dengan apa yang diperjuangkan para aktifis ini. Mereka mengatakan bahwa pada saat lelaki sudah tidak mampu untuk menafakahi keluarganya, sedangkan perempuan yang menafakahi, maka pucuk kekuasaan bukan lagi dimiliki oleh suami, akan tetapi ada pada sang istri. Penilaian mereka sangatlah cetek dan tidak berdasar. Apakah kekuasaan itu diberi karena hanya karena mampu memberi? Tidakkah terdapat unsur lain, seperti kemampuan untuk melindunggi dan lain-lain? Adanya sebuah perintah Allah pasti ada hikmah di sebaliknya. Buktinya, sehebat apapun perempuan yang wujud sekarang ini, belum pernah dibuktikan bahwa mereka mendominasi lelaki dari segala bidang! Kehebatan yang sudah dibuktikan hanya dari sisi ibadah dan ketakwaan, bukan kepimpinan. Adanya presiden atau pemimpin perempuan yang wujud sekarang juga belum membuktikan mereka bisa mengalahkan lelaki dalam memerintah. Lebih-lebih lagi pada saat mereka mengalami menstruasi, di mana mereka mengalami gangguan emotional yang tinggi, dan ini bukan sebuah rahsia!
Untuk masalah penindasan, perlu diketahui, dalam Islam tidak menerima segala bentuk penindasan. Kalau ada suami yang menindas Istri (seperti kasus Siti Nur Jazilah), maka sang suami harus diadili di mahkamah, bukan dengan cara merubah norma yang sudah ditetapkan dalam Islam. Seperti halnya pisau, kalau digunakan untuk membunuh, apakah pembunuh itu yang harus diadili, atau mungkin menghapus pembuatan pisau? Jelas jawabannya pembunuh yang harus diadili, agar menjadi contoh pada orang lain untuk tidak berbuat sedemikian. Seumpama ada suami yang memerintah istrinya untuk tidak boleh keluar rumah, sedangkan suami tersebut masih tetap melaksanakan kewajibannya sebagai pemimpin, lalu perkara ini digolongkan sebagai penindasan pada kaum Hawa seperti apa yang diklaim para aktifis tersebut, maka jelas terdapat kecemburuan sosial di sini, bukan masalah theological. Karena segala kebutuhannya sudah dipenuhi tanpa perlu bersusah payah untuk mencari. Lebih-lebih lagi dengan patuh saja sudah mendapat pahala. Sehingga semua harta yang dimiliki sang istri tidak perlu dikeluarkan sepeser pun untuk kebutuhan sehari-hari. Mereka bagaikan pemaisuri di Istana Kahyangan. Cukup dengan tidur, mandi, masak, mendidik anak dan menyenangkan sang kekasih (suami) sudah mendapat jaminan syurga "أيما امرأة ماتت وزوجها راض عنها دخلت الجنة". Kalau ini disebut sebagai penindasan, maka mereka yang harus dipertanyakan kerasionalannya? Apakah kebebasan mutlak itu harus? Bukankah wujudnya syariat itu agar manusia diatur?
Selanjutnya adalah masalah polygyny. Polygyny adalah seorang lelaki yang mengawini wanita lebih dari satu. Perkara ini adalah ketetapan syari'at yang jelas dan ittifaq. Sedangkan mereka tetap ingin memperjuangkan hak kesetaraan dengan menganggap bahwa polygyny adalah sebuah penindasan. Hikmah diturunkannya ayat " فَانْكِحُوا مَا طَابَ لَكُمْ مِنْ النِّسَاءِ مَثْنَى وَثُلَاثَ وَرُبَاعَ" yang dapat dilihat bersama sekarang adalah adanya jumlah perempuan lebih banyak dari lelaki! Jumlah populasi dunia mencapai 2/3 wanita dan lelaki 1/3 Bagaimana kalau nanti lelaki hanya diperuntukkan satu wanita saja. Maka 1/3 wanita yang lain mau diapakan? Islam sudah mengantisipasi itu, karena perkara inilah yang membuat maraknya praktek prostitusi dan selingkuh. Hanya dengan polygyny-lah 1/3 dari perempuan tadi dapat diselamatkan.
Sebenarnya masih banyak perkara yang perlu disinggung. Akan tetapi karena keterbatasan waktu dan ruang, maka pembahasan gender harus diberhentikan di sini. Sebelumnya, perlu diketahui, semua materi yang diberi di sini berdasarkan dalil/refrensi. Kalau Anda ingin melihatnya bisa datang langsung di perpus pribadi penulis. Sekian, hidup Syari'at Islam! Perjuangkan karya ulama'! Say no to liberal thinking!

Saturday, March 17, 2007

RELEVANSI POLIGINI

Poligini adalah sebuah isu yang sedang panas dibahas, terutama bagi pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Pemerintah berencana untuk merevisi Undang-Undang perkawinan di Indonesia. Poligini, rencananya akan dilarang bagi seluruh kepala daerah maupun pemerintah. Langkah selanjutnya, pelarangan poligini akan diterapkan pada seluruh masyarakat.
Isu perubahan Undang-Undang poligini ini pada dasarnya sudah lama diperjuangkan para pemberdayaan perempuan, akan tetapi baru diperdebatkan kembali atas dampak dari kejadian poligini yang dilakukan Abdullah Gymnastiar dan perselingkuhan salah satu anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Yahya Zaini dengan artis dangdut Maria Eva. Perdebatan yang dibahas sekarang ini adalah, apakah benar poligini itu yang membuat terjadinya perselingkuhan dan kerusakan moral masyarakat? Sedangkan di dalam Islam itu sendiri, secara nyata mengajarkan bolehnya berpoligini kalau memang seorang suami itu menetapi syarat-syaratnya. Apakah Islam sudah tidak relevan? Atau apakah manusia sekarang ini sudah mulai meninggalkan ketaqwaan serta kewajibannya sebagai makhluk Allah?
Sebelum isu poligini ini secara hukum ditetapkan sebagai larangan, para ilmuwan serta mahasiswa haruslah secara mendalam meneliti tentang positif dan negatif dari poligini, karena akan sulit untuk merevisi kembali suatu ketetapan hukum.
PEMBAHASAN
Kata poligami berasal dari bahasa Yunani polygamy. Poly atau polus mempunyai arti banyak, sedangkan gamien atau gamos mempunyai arti perkawinan, maka pengertian secara harfiah adalah perkawinan yang lebih dari satu orang. Poligami adalah sebuah kata yang memiliki makna yang luas. Di dalam poligami terdapat poliandri (polyandry) yaitu perkawinan seorang perempuan dengan pasangan laki-laki yang lebih dari satu dan poligini (polygyny) yaitu perkawinan seorang lelaki dengan mempelai perempuan yang lebih dari satu.
Di dalam bahasa Arab, terminologi poligini adalah ta'addud al-zaujât. Kata ta'addud mempunyai arti berbilangan, sedangkan al-zaujât berarti istri dalam bentuk plural (jama'). Sesuai dengan definisi yang telah diterangkan, maka penggunaan poligini lebih sesuai dibandingkan poligami, karena melihat konteks pembahasan yang hanya berhubungan dengan perkawinan seorang laki-laki dengan perempuan yang lebih dari satu. Pemakaian kata poligami, dikhawatirkan terdapat anggapan yang salah yaitu pembahasan poliandri serta poligini, sedangkan inti pembahasan hanyalah seputar poligini, bukan poliandri[1].
Poligini menurut penelitian hukum Islam, sudah terdapat kesepakatan antara ulama. Menurut ulama, poligini dibenarkan dengan bilangan maksimal empat istri dengan syarat orang tersebut harus mampu dari segi material dan jasmani. Bagi orang yang tidak menetapi syarat ini, dia tidak dibenarkan untuk melakukan poligini, karena orang tersebut tidak mampu berlaku adil antar sesama istri-istrinya[2]. Adil adalah sesuatu kewajiban yang harus dilakukan bagi orang yang berpoligini.
Dasar yang digunakan untuk menetapkan hukum kebolehan berpoligini adalah firman Allah, surat al-Nisa', ayat 3: "فَانْكِحُوا مَا طَابَ لَكُمْ مِنْ النِّسَاءِ مَثْنَى وَثُلَاثَ وَرُبَاعَ فَإِنْ خِفْتُمْ أَنْ لَا تَعْدِلُوا فَوَاحِدَةً" yang berarti "Maka kawinlah perempuan-perempuan (lain) yang kamu senangi, dua, tiga atau empat, seumpama kamu takut tidak berlaku adil maka (kawinlah) satu". Selain dari firman Allah, dasar ketetapan bolehnya melakukan poligini dengan maksimal empat juga diambil dari sabda Rasulullah kepada sahabat yang memiliki 10 istri sebelum memeluk Islam yaitu sahabat Ghîlân bin Salamat. Pada saat Ghîlân bin Salamat memeluk Islam, Rasulullah menyuruhnya untuk memilih empat istri yang paling dicintainya, dan menceraikan selebihnya yaitu enam istrinya yang lain[3].
Seperti keterangan pada pendahuluan, konsep poligini banyak ditentang oleh gerakan pemberdayaan wanita di dalam Jaringan Islam Liberal maupun selain Jaringan Islam Liberal. Gerakan ini mengklaim bahwa poligini yang berlaku sekarang ini sudah tidak relevan atau terdapat intepretasi yang salah yang dilakukan ulama. Setelah melakukan pengkajian yang lebih mendalam dengan argumentasi golongan ini, dapat disimpulkan ada dua perkara yang menjadi dasar penolakan poligini. (1) Tidak mungkinnya seorang suami berlaku adil terhadap istri-istrinya yang juga didukung oleh firman Allah surat al-Nisa' ayat 129: " وَلَنْ تَسْتَطِيعُوا أَنْ تَعْدِلُوا بَيْنَ النِّسَاءِ وَلَوْ حَرَصْتُمْ" yang berarti "Dan sekali-kali kamu tidak akan dapat berlaku adil di antara istri-istrimu walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian". (2) Adanya seorang suami yang ingin berpoligini hanyalah didasari oleh nafsu, sehingga seharusnya hukum yang mendukung pada keperluan nafsu tidak perlu didukung[4].
Bagi argumen pertama, keputusan hukum Islam yang memperbolehkan poligini, pasti lebih relevan dan sesuai dengan konteks kehidupan. Walaupun para aktifis gerakan ini mengeluarkan ayat Alquran seperti yang tertulis di atas, ternyata gerakan ini yang terpeleset. Menurut seluruh ahli tafsir, baik dari golongan sunni maupun bukan sunni, bahwa dalam memahami ayat tersebut bukan menjurus pada ketidakmungkinan bersikap adil bagi seluruh perkara termasuk harta, akan tetapi maksud ayat tersebut, adalah meskipun seorang suami yang berusaha keras untuk bersikap adil, tetap tidak mampu bersikap adil dalam urusan membagi cintanya. Jadi, apabila kedua ayat surat al-Nisa' (ayat 3 dan 129) itu digabungkan, maka rumusan pemahaman maknanya adalah seorang suami yang berpoligini haruslah bersikap adil dalam semua hal kecuali dalam membagi cintanya, karena cinta itu ketetapan Tuhan, bukan sesuatu yang bisa dipilih-pilih[5].
Argumen kedua yaitu berpoligini hanyalah didasari oleh nafsu. Perlu diketahui, nafsu adalah sebuah pemberian Allah kepada manusia untuk melawan nafsu sesuai dengan kemampuannya sehingga menggunakan akal dalam memutuskan sebuah masalah, seperti larangan meminum khamr dan menahan diri melakukan zina. Di satu sisi, nafsu juga adalah sesuatu yang dapat membawa seseorang untuk melakukan ibadah, seperti nafsu seksual yang dilimpahkan kepada istrinya untuk memiliki anak. Bagaimana seseorang ingin memiliki anak kalau seseorang itu tidak memiliki syahwat[6]? Dengan demikian, nafsu tidak bisa dinafikan dan senantiasa dianggap sebuah perkara yang negatif.
Allah menciptakan manusia dengan nafsu dan akal, agar manusia menggunakannya dengan cara yang benar. Berbeda dengan malaikat yang tidak memiliki nafsu. Nafsu yang diberikan Allah itu pastilah berbeda-beda. Ada orang yang memiliki nafsu seksual yang besar, dan ada yang memiliki nafsu yang kecil. Bagi yang memiliki nafsu kecil, ini bukan sebuah masalah untuk memiliki hanya satu istri. Akan tetapi, bagi yang memiliki nafsu yang besar, pasti memiliki masalah. Bayangkan seseorang itu merasa ingin melakukan hubungan seksual satu atau dua kali sehari, sadangkan istrinya dalam keadaan haid, maka pasti kesulitan baginya untuk melampiaskan nafsunya. Mungkin seseorang itu dapat menahan satu hingga tiga hari. Pada saat kesabaran sudah hilang, maka orang tersebut pastilah mulai mencari pasangan perselingkuhan. Satu-satunya cara yang halal untuk menghindari kejadian ini adalah dengan terang-terangan melakukan poligini yang sah dan berlaku adil, sehingga kalau istri yang satu sedang mengalami menstruasi, orang tersebut memiliki pasangan yang lain untuk melampiaskan nafsu seksualnya[7].
Poligini juga dapat menjadi solusi bagi pasangan yang istrinya lebih tua dari sang suami. Menurut penelitian, bagi kebanyakan perempuan yang mengalami menopause[8], pasti mengalami penurunan daya seksual[9]. Sedangkan lelaki, mulai mengalami penurunan daya seksual biasanya pada umur 80 tahun. Menurut penelitian, perempuan biasanya mengalami menopause pada umur 50, maka dapat diambil kesimpulan bahwa lelaki akan mengalami kesulitan untuk menjalin hubungan seksual dengan pasangannya sekitar 30 tahun lamanya. Maka kemungkinan terjadinya perselingkuhan adalah sangat besar[10].
Seharusnya para aktifis itu tidaklah terlalu egois dalam memperjuangkan pelarangan poligini, mengingat sekarang sudah menjadi fakta bahwa perempuan mendominasi jumlah penduduk sebanyak 2/3 di dunia. Jadi, seumpama lelaki yang mana jumlahnya hanya 1/3 itu melakukan pernikahan monogami, maka secara otomatis 1/3 dari perempuan yang lain itu pasti tidak memiliki pasangan[11]. Maka dari itu, salah satu cara untuk mengantisipasi adanya prostitusi dan perselingkuhan adalah dengan cara poligini. Pada waktu gerakan ini berkata: "Buktinya zaman dahulu, yang mana poligini masih marak, tetap saja terdapat prostitusi dan perselingkuhan", maka jawabnya adalah walau bagaimanapun, godaan setan memang tidak mungkin untuk dihapus, akan tetapi, yang jelas zaman dulu prostitusi tidaklah semarak seperti yang terjadi sekarang ini. Adanya prostitusi yang semakin marak di zaman ini adalah dampak dari ideologi yang berpendapat bahwa poligini ialah sebuah perbuatan yang keji sehingga poligini jarang yang melakukannya. Pertimbangannya, meminimalisir sesuatu kejelekan itu lebih baik daripada membiarkan menjadi semarak di mana-mana. Perlu diketahui, menahan nafsu daripada melakukan poligini bukanlah sesuatu yang wajib, sedangkan melakukan zina itu jelas sesuatu yang diharamkan. Lihat saja di negara barat yang melarang poligini seperti Amerika Serikat dan Inggris. Anak yang dihasilkan melalui hubungan yang diluar nikah setiap harinya bertambah banyak. Menurut penelitian, di Perancis jumlah anak luar nikah mencapai 30 dari 100 anak. Di Munich mencapai 40 dari 100 anak, sedangkan di Brussel mencapai 60 dari 100 anak[12].
Pertanyaan sekarang ini adalah, apakah orang muslim ingin melawan perkara yang keji seperti perzinaan yang jelas dilarang dalam Islam? Atau seorang muslim hanya ingin memuaskan ego para kaum wanita yang hanya ingin diperlakukan secara adil (menurut mereka) seperti yang diperjuangkan para aktifis Barat yang belum tentu secara sosial maupun agama bisa disebut sebagai adil. Di mana keadilan bagi sang suami yang siang dan pagi mencari nafkah untuk sang istri, sedangkan sang istri cukup tinggal di rumah untuk mendidik anak dan menjaga rumah yang terkadang sudah disiapkan seorang pembantu oleh sang suami? Banyak sekali seorang istri itu hanya pergi berbelanja di pasar raya setiap hari dengan mengunakan harta yang dicari suaminya tanpa perlu bersusah payah mendidik anak dan menjaga rumah, karena sudah disediakan pembantu. Bukankah seorang suami yang telah sukses membahagiakan rumah tangganya ini berhak untuk sekali-kali melakukan apa yang menjadi keperluannya yaitu berpoligini mungkin? Maka seharusnya, dalam melakukan penelitian jangan hanya melihat di satu sisi, sedangkan sisi yang lain dilupakan.
Sesuatu yang menjadi kenyataan sekarang ini adalah manusia sudah terkontiminasi oleh ideologi Barat. Jika dari awal poligini tidak diajarkan dan dianggap sebagai sesuatu yang jelek, maka pasti poligini tidak menjadi masalah sosial. Adanya kecemburuan yang berlaku di kalangan istri-istri Rasulullah tidak menjadi bukti bahwa istri Rasulullah menolak dan menganggap poligini sebagai sebuah perkara yang negatif. Istri Rasulullah hanya cemburu karena khawatir Rasulullah bersikap tidak adil padanya. Buktinya, Istri Rasulullah tetap saja mau berpoligini dengan Rasulullah.
PENUTUP
Dalam Islam dan pertimbangan sosial, perlu untuk tetap diperbolehkan. Jika dari kalangan perempuan yang tidak mau dimadu, maka janganlah sampai menolak substansi poligini itu sendiri, karena masih banyak dari kalangan perempuan yang mau dimadu. Contohnya adalah istri bagi pendakwah kondang Abdullah Gymnastiar; Teh Nini dan banyak lagi para istri solehah.
Alquran diturunkan Allah sudah sesuai dengan tuntutan zaman. Kejelekan dan kejahatan yang terjadi di zaman sekarang adalah bukan dari akibat ideologi yang diajarkan Islam, akan tetapi sebagai dampak dari ideologi Barat yang menggunakan daya nalar akal dan menolak daya nalar ketaqwaan. Jika saat ini dunia tidak dikuasai ideologi Barat, maka pasti dunia tidak mengalami kejahatan yang banyak berlaku sekarang. Buktinya, zaman pra kolonial, dunia Islam yang masih menjalankan praktek poligini sebagai pedoman hidup tetap saja dapat maju dengan pesat sehingga berhasil menguasai 1/3 bumi ini.
Jadi, pemerintah seharusnya tidak mengubah hukum kebolehan melakukan poligini. Sesuatu yang mengherankan adalah mengapa pemerintah tidak menghukum perbuatan selingkuh yang dilakukan Yahya Zaini dengan artis Maria Eva, tetapi yang disorot adalah perlakuan poligini itu sendiri.

[1] Irwan Masdhuqi dkk.. Kontekstualisasi Turâts (Kediri: Kopral, 2005) 101; Jamal Badawi, Gender Equity In Islam (Indiana: American Trust Publications, 1995) 26.
[2] 'Ali al-Jarjâwi. Hikmah At-Tasyrî' Wa Falsafatuh (Sangkapura: al-Haramain, t.t.) Juz 2, 12.
[3] Muwaffiq al-Dîn ‘Abd-allah bin Ahmad (Ibn Qudâmah). Al-Mughnî (Beirut: Dâr Ihyâ’ al-Turâts al-‘Arabî, t.t.) Juz 7, 64
[4] Untuk lebih dalam mengetahui alasan gerakan perempuan menolak poligini, dapat dilihat pada buku: Faqihuddin Abdul Kodir. Memilih Monogami (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005).
[5] 'Ali al-Jarjâwi. Hikmah At-Tasyrî' Wa Falsafatuh (Sangkapura: al-Haramain, t.t.) Juz 2, 13; Irwan Masdhuqi dkk.. Kontekstualisasi Turâts (Kediri: Kopral, 2005) 104.
[6] Syahwat adalah nafsu seksual.
[7] 'Ali al-Jarjâwi. Ibid, 10.
[8] Menopause adalah sebuah fase perempuan mulai berhenti menstruasi. Pada fase ini perempuan mulai mengalami gangguan fisik dan rohani, seperti mulai terasa kurang tenang dan terasa panas di dada. Biasanya perempuan mengalami menopause sekitar umur 45-55 tahun.
[9] Menopause. Encyclopædia Britannica 2006 (DVD-ROM: Encyclopædia Britannica 2006 Ultimate Reference Suite DVD).
[10] 'Ali al-Jarjâwi. Hikmah At-Tasyrî' Wa Falsafatuh (Sangkapura: al-Haramain, t.t.) Juz 2, 10.
[11] Jamal Badawi. Gender Equity In Islam (Indiana: American Trust Publications, 1995) 27.
[12] 'Ali al-Jarjâwi. Ibid, 11.

Thursday, March 15, 2007

THEOLOGICAL ASPECTS OF THE DA VINCI CODE, FROM ISLAMIC AND HISTORICAL POINT OF VIEW (FOR MUSLIMS ONLY)

PROLOGUE

“The Da Vinci Code” is a novel written by Dan Brown. It is a controversial book. Many Christian people and organization do not agree with it and in fact are against its publicity. Inspite of this disagreement among the Christians, it is one of the best sellers in the world. For the 1st edition, 230, 000 copies were sold out within a few weeks. In 16 months, “The Da Vinci Code” has been reprinted for 45 times. In Forbes Magazine, Dan Brown is ranked as the 12th richest person in the world, accumulating an asset of US$76, 500, 000 from June 2005 till July 2005.
This fact has made Hollywood adapted the book into a film. Sony Film had to pay US$6 million to win the copyright of the book. On Friday, 19th May of 2006, a premier show was held in Indonesia. Most of the Indonesian churches were against the showing of the film. However, in Malaysia, the film is a box office for a few weeks![1]
The question now, why is this film black listed by the church? What is the controversial issue? Why does the church not ban any Hollywood soap opera films which portray free thinkers’ (atheist’s) ideologies?
The novel “The Da Vinci Code” depicts a scene on Christian's most controversial issue - the Council of Nicaea. Besides the council, the story is based on the myth of the Holy Grail. The novel tells us that the Christian theology is false and a lie from the Church. To know more about the secrets, let's read and analyze them.
This paper is not an extensive research, but merely some observations and readings on some of Christian theological aspects. This paper is based on chapter 55 of the book, which encompasses 3 main points.
THE FIRST POINT
The first point is a dialogue among three characters - Leigh Teabing, Sophie Neveu and Robert Langdon. Leigh is trying to explain the theory of the Holy Grail. To understand the Holy Grail, we must understand the Bible first. Leigh said the Bible is not written by God, but by man.
In order to know the truth of the Bible, we must be acquainted with some facts from Islamic theology. Islam believes that the holy books, such as the al-Qur'an, the Gospel (Injil), Torah and Psalm (Zabur) are God's words.[2] Any sayings or actions from the prophets are called hadiths. The example of God's word in the al-Qur'an is "إنا أنزلناه في ليلة القدر" which means: "We have indeed revealed this (Message) in the Night of Power".[3]
An example of God’s word in the Bible is "The Lord said to Moses: Find out how many grown men there are in Israel and make each of them pay me to keep him safe from danger while you are counting them".[4] The example of hadith is like the Prophet Muhammad’s sayings: “Seeking knowledge is an obligation to all Muslims".
As we know, the Bible consists of two books; the first is the Old Testament and the second is the New Testament. The Old Testament is a collection of books from Torah, Neviim and Ketubim. These books are the agreement between God and the Israel people. The New Testament is supposed to be God's word (Gospel) for the Christians given to Jesus Christ. This is in agreement with the al-Qur'an "ثُمَّ قَفَّيْنَا عَلَى آثَارِهِمْ بِرُسُلِنَا وَقَفَّيْنَا بِعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ وَآتَيْنَاهُ الْإِنْجِيلَ وَجَعَلْنَا فِي قُلُوبِ الَّذِينَ اتَّبَعُوهُ رَأْفَةً وَرَحْمَةً " which means "Then, in their wake, We followed them up with (others of) Our apostles: We sent after Jesus the son of Marry, and bestowed on him the Gospel; and We ordained in the hearts of those who followed him Compassion and Mercy".[5]
But the reality is that the New Testament (A collection of four gospels) is more likely to be the sayings of Jesus Christ (hadiths). As an example, in this passage from the Bible "Simon Peter asked: Lord, where are you going? Jesus answered: You can't go with me now, but later on you will".[6] The other evidence is the verse said by Jesus concerning his companion, Barnabas as written in the Gospel of Barnabas. Barnabas reported, "Then Jesus turned his head and watched the writer of this letter (Barnabas), and He (Jesus) said: Lo Barnabas, you shall write my Bible and everything that had happened to me while I was on this earth".[7] From this verse, we can understand that Jesus himself asked Barnabas to write the Gospel which portrays Jesus’ life. This means that the Old Testament and the Gospel (the New Testament) are two different things.
This is one of the serious errors made by the Church. We have to accept the fact that even hadiths have errors (such as hadiths maudhu'). This is not so in the case of the al-Qur'an which is free from any error or alteration. Thus the Bible that is claimed by the Christians as God’s word is very questionable.
On the other hand, why does the Church not accept some Gospels found in the period between 18th to 20th Century, such as The Gospel of Barnabas and the scriptures of Nag Hammadi? There are more than 80 gospels that were considered to be the New Testament, and yet relatively few are accepted to be included in the New Testament.
The Christians always give absurd reasons for not accepting these gospels; for example they say these gospels are faked, although scientific analysis proved that these manuscripts were originally written around 1st and 2nd Century. At times the Church, though accepting their originality based on scientific analysis, states that the gospels were written by Gnostic sects who want to deviate from Christianity.[8] This is such a weak argument. Is it a coincidence that Barnabas said: "Then Judas’ speech and appearance changed until he looks like Jesus, and we thought he is Jesus"[9], which is similar with the verse in the al-Qur'an: "وَقَوْلِهِمْ إِنَّا قَتَلْنَا المسيحَ عيسىَ ابْنِ مريمَ رَسُوْلَ اللهِ وَمَا قَتَلُوْهُ وما صَلَبُوْهُ ولكن شُبِّهَ لَهم "[10] which means "That they said (in boastfulness), we killed Christ Jesus the son of Mary, the Apostle of God, but they killed him not, nor crucified him, but so it was made to appear to them?" To investigate this issue deeper, we would have to study the influence of St. Peter and Council of Nicaea.
The other issue is who decided which Gospels to be included in the New Testament? As we know there are many gospels in manuscript form, that are proven original without any doubt, through scientific analysis. We will discuss it later in great depth when we discuss the Council of Nicaea.
THE SECOND POINT
As what we have discussed earlier, the Council of Nicaea has caused Christianity to be divided. Before we discuss this, let us first discuss more on Christianity.
For all Christians, there are many days considered as “ritual days”; for example Christmas Day, Easter, Good Friday, Sunday’s communion. All of these rituals are not originally or uniquely Christian, but rather an adoption from Pagan rituals. In the book “The Da Vinci Code”, Robert Langdon terms it as “Transmogrification”. For example, the "Egyptian sun disks became the halos of Catholic saints. Pictograms of Isis nursing her miraculously conceived son Horus became the blueprint for our modern images of the Virgin Mary nursing Baby Jesus. And virtually all the elements of the Catholic ritual-the miter, the altar, the doxology, and communion, the act of 'God-eating'-were taken directly from earlier Pagan mystery religions".[11]
Sunday's communion is also a false. Why do Christians choose Sunday as the day of worshipping God? In the Christian faith, Jesus came not to destroy the Law of the Prophets from the Old Testament but rather to fulfil it.[12]
As we know, Sabbath is the day where Jews practice their ritual or praying to God and it is also one of the 10th Commandments.[13] Even Jesus also practices the Sabbath.[14] The question is why modern Christians choose Sunday as the day for their communion; why do they not choose Saturday as the Sabbath day, since Jesus came not to change the Law of Moses or the other prophets? The answer is since the Council of Nicaea, pagan Roman Emperor Constantine the Great, shifted it to coincide with the pagan's veneration day of the sun which is ‘SUN-DAY’ = ‘Sunday’.
The other interesting issue is the Christmas Day itself. Christian believed Christmas Day is the day that Jesus was born. However, scholars are still debating its truth. The precise origin of assigning December 25 as the birth date of Jesus is unclear. The New Testament provides no clues in this regard. December 25th was first identified as the date of Jesus' birth by Sextus Julius Africanus in 221 and later became the universally accepted (but this opinion has no strong evidence to support it). One widespread explanation of the origin of this date is that December 25th was the Christianizing of the dies solis invicti nati (“the day of the birth of the unconquered sun”), a popular holiday in the Roman Empire that celebrated the winter solstice as a symbol of the resurgence of the sun, the casting away of winter and the heralding of the rebirth of spring and summer. Indeed after December 25th had become widely accepted as the date of Jesus' birth, Christian writers frequently made the connection between the rebirth of the sun and the birth of the Son. One of the difficulties resulting from this view is that it suggests a nonchalant willingness on the part of the Christian church to appropriate a pagan festival when the early church was so intent on distinguishing itself categorically from pagan beliefs and practices.[15]
THE THIRD POINT
The Council of Nicaea (325 AD) was the most important part of Christian history. It was the first ecumenical council of the Christian Church, meeting in ancient Nicaea (now İznik, Tur.). It was called by the Pagan Roman Emperor Constantine I the Great, an unbaptized catechumen,[16] or neophyte, who presided over the opening session and took part in the discussions. At first, the Roman Empire was an empire with strong doctrine of sun worship (the cult of Sol Invictus, or the Invincible Sun) while Constantine was the head priest. At that time, three century after the rise of Jesus, Christians had multiplied exponentially. Christians and Pagans began warring, and the conflict grew to such proportions that it threatened to rend Rome in two. So Constantine decided to unify Roman Empire under a single religion, Christianity. The reason he chose Christianity was because he could see that Christianity was on rise, and many Romans convert to Christianity. But at the same time, he did not want to lose the Pagan's tradition that had been assimilated among the Romans. He did not want the Romans who still practice Paganism to rend Rome in to two. So he combined these two religions into one doctrine, Christianity, by fusing Pagan symbols, dates, and rituals into the growing Christian tradition, he created a kind of hybrid religion that was acceptable to both parties.
At this council, many aspects of Christian faith were debated and voted upon such as the important dates, the role of the bishops, which Gospels to included and of course, the divinity of Jesus. May Allah safe us from any kind of polytheism.
Before this council was held, Jesus was just a mortal man like others. Perhaps only some of Christian sect believed Jesus as divine. Many Gospels were found to defend this fact such as that of Barnabas, Phillip, and even Saint Mary Magdalene. But when Constantine sat on the council, the Roman Empire became a strong empire with its new official religion Christianity and a unity of faith, where Jesus is anointed as the son of God (May God safe us from any kind of polytheism).
So basically, the divinity of Jesus is based on the needs of the Roman Empire, not the truth about the faith itself. Even though it may be the New Testament is the true Bible, is it possible that it had a wrong interpretation? This is what al-Ghazali said in his book: al-Radd al-Jamil ala Ilahiyat al-'Isa bi al-Shorih al-Injil. Al-Ghazali said, that all of the verses are illogical and interpreted as metaphors not literal. For example in al-Qur'an: "يد الله فوق أيديهم"[17] which literally means "The Hand of God is over their hands"; this verse doesn’t make sense, because how can God have hand. On the contrary, there are other verses, for example, "ليس كمثله شيء"[18] which means "There is nothing whatever like unto Him". Thus the meaning of Hands are not hands literally, but we have interpreted it as power. So the meaning will be "The power of God is over their power".[19] Therefore, all the verses in Bible using the word son and father of God, is not literal (haqiqi) but a metaphor (majazi).[20]
Evidence to support this argument is the fact that the head council of Nicaea had to solve the problem created in the Eastern Church by Arianism, a heresy first proposed by Arius of Alexandria that affirmed that Christ was not divine but a created being. The polemic of the divinity of Jesus had already being debated upon even before Islam arrived. This shows that there was of possibility that at that time, Christianity believed in one God and Jesus is the prophet of Allah.
CONCLUSION
“The Da Vinci Code” has actually brought upon another version of the theological debate of the divinity of Christ. Even though the ‘answers’ to the divinity of Christ and the Holy Grail given by the author in the final chapter of the novel (with such thrilling and entertaining skills) are yet to be proven on scientific and rational grounds, it has open up again the controversy question on the origin of Christianity. The question is whether the Christians are brave enough to face the fact of the unscrupulous Council of Nicaea and what it had construct or to conclude it with another version of answer that would defend the Christian theology.

[1] Rizki Ridyasmara. Knights Templar Knights of Christ (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2006), XV.
[2] M. Abd al-'Adhim al-Zarqani. Manahil al-'Irfan fi Ulum al-Qur'an Vol. 1 (Beirut: Dar al-Kutb al-'Alamiyah, 2004), 17; J.D Douglas. Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Vol. 1 (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2005), 28-29.
[3] Al-Qur'an, 97:1.
[4] Holy Bible, Exodus, 30:11-12.
[5] Al-Qur'an, 57:27.
[6] Holy Bible, John, 13:36.
[7] Barnabas, 221:1.
[8] James Emery White. The Da Vinci Question? (Yogyakarta: ANDI, 2006), 10.
[9] Barnabas, 216:4.
[10] Al-Qur'an, 4:157.
[11] Dan Brown. The Da Vinci Code (United States of America: Doubleday, 2004), 252.
[12] J.D Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Vol. 1 (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2005), 29.
[13] Holy Bible, Exodus, 20:8-11.
[14] Ibid, Luke, 4:16.
[15] Encyclopædia Britannica. Christmas. (Retrieved December 24, 2006, from Encyclopædia Britannica 2006 Ultimate Reference Suite DVD).
[16] a convert to Christianity receiving training in doctrine and discipline before baptism
[17] Al-Qur'an, 48:10.
[18] Ibid, 42:11.
[19] Husain Afandi. Al-Hushun al-Hamidiyyah (Surabaya: Maktabah al-Hidayah, n.y.) 37.
[20] Muhammad Al-Ghazali. Al-Radd al-Jamil li al-Ilahiyat al-Isa bi Shorih al-Injil (n.c.: Pustaka Da'I, 1994) Translated by Hasan Abrori, 141.

Wednesday, March 14, 2007

Lost dan Heroes, merubah konsep series!

Sekitar dua tahun kemarin, gue sempat kaget dengan seri Lost. Pada mulanya, abang gue (yang freak film BANGET! tu!!) ngomog kalo lost itu bagus banget. mengalahkan 24 dan friends, yang sudah bertahun-tahun menjadi seri idola gue. Gue sih pertamanya gak percaya. Setelah gue nonton season pertamanya, gue langsung kaget, dan ada sebuah kata-kata yang muncul dari benak gue; ini memang lain dari yang lain.

Konsep yang diterapkan oleh lost adalah misteri yang memang benar-benar aneh. seperti adanya sejenis binatang yang berbentuk asap hitam (ntah itu apa? gue gak ngerti), belum lagi dengan ruangan yang berada di dalam tanah itu, makanan yang jatuh dari pesawat, dan The Others. semua itu menarik untuk dilihat.

Sisi negatif dari lost adalah pada season 3 nya yang menurut gue sih sudah mulai mengarut (sudah berjalan terlalu jauh) bagi sebuah seri sepertinya. kita dapat memprediksi bahwa akhir-akhirnya lost adalah sebuah seri yang akan terus menseret penonton kepada keunikan yang tiada habisnya dan tidak memiliki point of the story. yang gue khawatir, lost bisa-bisa menjadi seri seperti prison break season 2 yang sudah terlalu murah inspirasinya.

HEROES...pertama kali gue menontonnya adalah pada saat gue pulang ke KL, gue nonton Star World, dan pas itu Hiro Nakamura lagi mengunakan kuasa luar biasanya untuk menyelamatkan anak kecil sd. pada awalnya, gue pikir seri ini hanya sebuah seri baru yang tidak lain memiliki konsep seperti x-men, smallville, mutant-x dan lain-lain yang memang membosankan. akan tetapi, pada saat gue nonton pada seri itu, gue kaget dengan keunikan screenplay-nya yang melakukan campur aduk serta rotasi dari sekian banyak karakter yang akhir-akhir memiliki hubungan dan misteri yang menarik hati untuk tetap ditonton sampai akhir.

Lebih-lebih lagi dengan kelucuan pada karakter Hiro Nakamura (BTW, he's my favorite character) yang penuh dengan himmah dan percaya akan kemampuan yang dia miliki.

Temen gue yang bernama HASIF dari FK unair, bilang bahwa pada awalnya dia gak suka HEROES, akan tetapi lambat laun baru kita bisa merasa asyik. menurut gue itu memang pas banget bagi seri yang berkualitas. dari pada sebuah seri yang pada awalnya bagus, dan akhirnya mengahampakan.

Ada sisi negatif dari heroes adalah pilihan karakter yang terlalu 'Americanist'. Kenapa si penulis memilih orang NIPPON? karena amerika kalau dihubungkan dengan asia, selalunya identik dengan Nippon. menurut gue ini adalah kekuarangan karena kelihatan seri barat masih belum bisa merubah tradisi ini. Negatif yang lain adalah pertanyaan 'bagaimana kok sosok sylar itu bisa mengetahui cara untuk mengambil kuasa orang lain (parasite)'? gue sudah mengulang 3 kali episode tentang cerita sylar, tapi gue jujur kalo gue belum menemukannya. kalo loe semua ketemu jangan lupa ajarin gue. Karena gue tahu kalo peter petrelli pun tahu kalo dia parasite secara tidak sengaja (pada saat dia menyelamatkan claire)"save the cheerleader, save the world".

Ini perubahan konsep yang berlaku di dalam heroes adalah jalan cerita yang memang unik dan tidak seperti biasanya. akan tetapi metode untuk menarik petonton masih sama seperti yang lainnya, yaitu membikin sebuah skenario yang menimbulkan tanda tanya sehingga penonton tetap ingin terus menonton agar tahu ending-nya.

Syabas! dan selamat bagi LOSt dan Heroes! semoga tetap menjadi menarik sepanjang masa!

Welcome!

Welcome! Welcome!

Pertama, Syukur al-Hamdu liLLAh, Sholawat dan salam dicurahkan kepada Nabi Muhammad SAW serta keluarga dan sahabat-sahabatnya. Thanks to Baba & Mama yang banyak memberi support. To Ad, yang banyak memberi dorongan serta kritikan dalam semua hal yang berlaku di dalam hidup ku. To all of my siblings, Abg Pipi, Cipanze, Eli, Shana nod yang semua saya cintai. Kepada teman-teman gue, mulai dari SKBD sampai STAIN Kediri. Tidak dilupakan pada temen-temen seperjuangan dalam FMPP, maupun dunia BM.

Sebelumnya, perlu anda tau, bahwa blog gue ini adalah sebuah blog yang berisi pemikiran-pemikiran gue agar teman-teman bisa baca dan saling mengkritik dari sisi negatif maupun positifnya. Blog ini memang banyak diwarnai Islamic thinking, akan tetapi, bukan berarti gue adalah orang fundamentalist dan bukan liberalis juga! Yang jelas! pemikiran gua adalah sebuah pemikiran yang open minded! dan ketaqwaan adalah nomer satu serta tidak berhenti untuk terus mengembangkan pemikiran. Moto Blog gue ini adalah Hidup untuk berfikir dan Berfikir untuk Hidup!

Perlu diperhatikan, gue sengaja tidak mengisi blog ini dengan bahasa yang formal, agar teman-teman yang santai-santai aja tidak bosan membacanya. Gue juga tidak mengisi blog ini hanya perkara-perkara yang akademik seperti yang biasa gue lakukan (bagi temen-temen kampus pasti ngerti dech!). Maka dari itu, gue banyak mengisi blog ini dengan karya-karya akademik gue, makalah-makalah gue yang berkualitas pastinya, artikel-artikel gue maupun lainnya yang wajib loe semua baca, preview film maupun series (karena gue memang seneng banget ama film), wacana-wacana filsafat dan politik yang kritis dan juga jokes yang tidak bisa kita lupakan begitu saja.

Ok dech! gitu aja, yang jelas, loe semua jangan lupa membaca dan jangan lupa memberi comment untuk gue! apa saja dech! gue open minded! negatif ok! positif Ok! kutukan ok! asalkan jangan tangkap gue di bawah ISA! Selamat menikmati!

Akitiano!